SELAMAT BERGABUNG DENGAN BLOG PENGAWAS DAN GURU PROFESIONAL

SELAMAT BERGABUNG DENGAN BLOG KAMI,SEMOGA BERMANFAAT

Senin, 20 Juni 2011

Ingin Jujur Malah Hancur

Orang tua mana yang tidak ingin mengajarkan kejujuran pada putra-putri kesayangannya. Berbuat baik bukankah amanah yang diberikan Sang Pencipta kepada keluarga? Inikah wajah ironi negeri yang katanya menjunjung tinggi nilai-nilai kebaikan? Panca Sila?

Seorang ibu di sebuah pemukiman penduduk di Jl Gadel Sari Barat, Kecamatan Tandes, Surabaya, harus mengalami kenyataan pahit, ibu Siami dan keluarga diteriaki warga di sekitar tempat tinggalnya.
Usir, usir… Pergiiiiii……… kami tak ingin orang seperti ini di kampung kami!” teriakan penduduk di sekitar rumah keluarga tersebut. Menggema di Balai RW 02 Kelurahan Gadel, Kecamatan Tandes, Surabaya, hari Kamis, 9 Juni lalu. Kerumunan orang menuntut Ny Siami meninggalkan kampung. Perempuan berkerudung biru itu hanya bisa menangis pilu. Hanya untuk menenangkan hati warga ia mengalah, kemudian meminta maaf bila maksud baiknya disalah-artikan. Penduduk tak mau mengerti, teriakan massa terus melontarkan hujatan dan caci maki tanpa akhir.

Cerita bermula saat pelaksanaan Ujian Nasional (UN) 2011 di SD II Gadel, Tandes, Surabaya. Situasi menjelang ujian berlangsung berkembang sedemikian rupa, seperti ada yang mengkoordinir para siswa, mereka dikumpulkan yang ranking 1 sampai dengan ranking 10 dan dibagi ke dalam beberapa kelompok. “Anak-anak itu bertanggung jawab memberikan jawaban kepada siswa lain yang rankingnya di bawah mereka. Aksi ini sebenarnya diorganisir dan diketahui oleh kepala sekolah karena memberikan kesepakatan tertulis,” demikian diungkapkan oleh Ketua Komnas PA, Arist Merdeka Sirait seperti dikutip dari pemberitaan sebuah media nasional.

Masyarakat sepertinya menganggap hal tak lazim sebagai suatu kewajaran. Apakah memang ada (suatu sistem yang mereka pahami seharusnya begitu) yang memberi contoh tentang hal ini?
Seperti terdengar dari suara pembelaan masyarakat di sekitar kampung tersebut, warga menyatakan bahwa menyontek sudah terjadi di mana-mana dan wajar dilakukan siswa agar bisa lulus. Menyontek sudah biasa?

Prof Daniel M Rosyid, Ketua Tim Independen Dinas Pendidikan, yang juga Penasihat Dewan Pendidikan Jatim, menanggapi suara masyarakat di sana saat mediasi warga dengan ibu Siami hari Kamis, ”Menyontek adalah awal dari korupsi. Jika perbuatan curang ini sudah dianggap biasa, maka ini akan membuka perilaku yang lebih menghancurkan masyarakat. Tentu tidak ada yang mau demikian,” ujarnya.

Bila kejujuran di usia muda (lingkungan SD) sudah dianggap hal biasa, tak perlu heran segala upaya yang dilakukan para elite negeri ini sungguh hanya sekedar meraih simpati dalam meraih suara. Soal moral masyarakat terserah mereka.
UN yang heboh tentu tak ingin dianggap pokok permasalahan. Lalu salah siapa, kalau begitu?

Tulisan dari : Stories That You Want to Know...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar