SELAMAT BERGABUNG DENGAN BLOG PENGAWAS DAN GURU PROFESIONAL

SELAMAT BERGABUNG DENGAN BLOG KAMI,SEMOGA BERMANFAAT

Selasa, 27 Desember 2011

Masalah yang timbul pada diri anak


MASALAH YANG TIMBUL PADA DIRI ANAK

A. PENANGGULANGAN ANAK YANG BANDEL
Pada usia anak sekitar 3-4 tahun adalah masa trotzalter, yaitu anak merasakan dirinya sebagai manusia yang harus dikagumi oleh orang lain. Masa ini disebut juga masa bandel atau degil karena gejalanya nampak sifat-sifat bandel menurut pandangan orang dewasa. Hal ini dimulai dengan sikapnya yang egosentris (ego: aku; sentris: pusat), yaitu di mana anak selalu memusatkan perhatiannya hanya untuk kepentingan dirinya semata. Apabila anak yang sedang mengalami bandel dihadapi dengan terlalu dekat, maka akan memungkinkan menjadi manja, begitu pula bila terlalu dijauhi mungkin pula akan menjadikan anak frustasi yang mendalam akibat ketegangan-ketegangannya yang terlalu besar.
Cara mengatasinya di antaranya:
1. Guru harus berusaha meyakinkan anak tersebut, bahwa sebenarnya guru itu menyayanginya;
2. Berikan pengertian bahwa guru akan selalu siap membantu menghadapi kesulitan yang dihadapinya.

Pada umumnya masa bandel berlangsung sekitar satu tahun, kecuali karena diakibatkan salah didik dari orang tuanya sehingga anak menjadi manja.

B.   PENANGANAN PADA ANAK YANG HIPERAKTIF
Penyimpangan yang sering terjadi pada anak usia prasekolah, di antaranya Gangguan Pemusatan Perhatian dengan Hiperaktivitas (GPPH).
a. Pengertian GPPH
GPPH adalah suatu pola perilaku pada seseorang yang menunjukkan sikap tidak mau diam (terlalu aktif), tidak mampu memusatkan perhatian. Anak yang hiperaktif selalu bergerak, mereka tidak mau diam bahkan dalam situasi-situasi yang menuntut agar mereka bisa bersikap tenang, misalnya ketika sedang mengikuti pelajaran di kelas. Berapa angka kejadian GPPH pada anak Indonesia belum diketahui, namun dilaporkan di luar negeri berkisar 1-5 %. Sebenarnya mungkin kejadian GPPH ini cukup banyak terdapat di masyarakat, tetapi kurang disadari oleh orang tua, guru, serta orang di sekitarnya. Kebanyakan orang tua dan guru menganggap hal ini sebagai sesuatu yang biasa terjadi pada anak.
b. Faktor penyebab
Sampai saat ini tidak ada satupun faktor yang diketahui sebagai penyebab pasti dari GPPH karena ternyata kebanyakan anak dengan GPPH tidak menunjukkan kerusakan jaringan saraf yang nyata, sebaliknya anak dengan gangguan saraf nyata pun yang disebabkan karena kerusakan pada otaknya tidak selalu menunjukkan adanya gangguan GPPH ini.
v Faktor genetik/keturunan
Faktor ini diduga kuat merupakan salah satu faktor yang besar pengaruhnya pada timbulnya GPPH.
v Faktor Perkembangan
Kerusakan otak minimal yang terjadi pada masa dilahirkan/bayi dianggap menjadi penyebab timbulnya GPPH ini, misalnya adanya gangguan stress atau gangguan fisik seputar otak pada masa gangguan awal janin yang mungkin disebabkan infeksi, peradangan atau trauma. Selain itu, faktor lingkungan sosial juga dapat menimbulkan efek negatif. Misalnya nutrisi yang buruk selama hamil, kelahiran prematur. Namn pola ini tidak selalu konsisten karena ada beberapa anak yang lahir prematur ternyata tidak menunjukkan kelainan.

c. Tanda-tanda/Gejala GPPH
¨           Gejala GPPH pada masa bayi

Pada umumnya bayi terlalu peka tehadap rangsangan dan mudah terganggu oleh suara, suhu udara, tidurnya sedikit, banyak menangis, sulit/rewel dalam soal makan, seringkali mereka sudah mulai berjalan sebelum usia sepuluh bulan.
¨           Gejala pada masa Prasekolah & Sekolah

Sering anak tidak mendengar bila dipanggil, kecuali bila dengan berteriak; kelambatan dalam berbicara dan berbahasa; tidak mau diam; Ketidakmauan untuk menggambar; Ketidakmampuan/sulit untuk bermain dan bergaul dengan teman sebayanya; Mereka tidak sabar menungu giliran di kelas; Sulit untuk berkonsentrasi; Biasanya terdapat gangguan dalam membaca dan menulis, akibatnya dapat menimbulkan gangguan dalam berkomunikasi dalam proses belajar mengajar.
d.   Penanganan
q Peran Disiplin Ilmu
Untuk penanganannya perlu data dari pelbagai disiplin ilmu, dan akan lebih baik oleh suatu tim, tenaga medis (ahli psikologi anak, saraf anak dll), orang tua dan guru sekolah.
q Peran Orang Tua
Orang tua dilatih untuk lebih berinteraksi dengan anaknya yang menderita GPPH ini, misalnya dengan memberikan disiplin yang konsisten dan selalu memonitor/mengawasi perilaku anak; memberi peraturan yang jelas kepaeda anak, dll.
q Peran Guru
Sebaiknya bila telah diketahui anak menderita GPPH, tidak bersikap menolak; Memberi instruksi harus jelas, sederhana dan satu arah, bahkan mungkin instruksi harus diulang.

C. TINGKAT INTELEKTUALITAS
1.   GENIUS, yaitu orang yang memiliki kelebihan luar biasa, karena ia memperoleh karunia Tuhan, dan ia memiliki Intelligentie Quotient (IQ) 140 lebih. IQ adalah perbandingan antara kecerdasan anak yang dicapai dalam pemeriksaan (dalam tes) dengan umurnya.
2.   SANGAT CERDAS, yaitu orang yang memilki pengetahuan dan kecakapan yang baik sekali secara menyeluruh akan tetapi tingkatannya di bawah genius, kira-kira IQ nya antara 130-139;
3.   CERDAS, ialah orang yang memiliki tingkatan IQ antara 120-129, yang demikian bisa menyelesaikan programnya secara normal;
4.   DI ATAS CUKUP, orang yang memiliki sedikit kelebihan di atas teman-temannya, mereka bisa mendapatkan kesempatan mampu menyelesaikan programnya tanpa banyak mengalami kesulitan, dengan kategori IQ antara 110 s/d 119;
5.   CUKUP, yang memiliki kategori IQ antara 90 s/d 109, kategori ini merupakan kategori terbesar di masyarakat;
6.   KURANG CUKUP, yaitu orang yang memiliki IQ antara 80 s/d 89.

D. KELAINAN PADA ANAK
1.   IDEOT, yaitu manusia yang hanya dapat mencapai perkembangan akalnya setingkat dengan anak usia 2 tahun saja;
2.   INFANTILISME, anak yang menurut usianya sudah menginjak masa puber akan tetapi keadaan rohani dan jasmaninya masih kanak-kanak;
3.   PUBERITISME, anak yang menurut usianya sudah mnginjak masa adolescence (kira-kira usia 18-21 tahun), akan tetapi ia masih nakal semacam anak masih puber (bubudakeun);
4.   DEBIL, ialah anak yang IQ nya paling tinggi mencapai 75;
5.         IMBESIL, anak yang IQ nya paling tinggi hanya dapat 66. 



Sumber :
JVS. Tondowidjojo CM. (1991). Kunci Sukses Pendidikna. Yogyakarta: Kanisius. Rahmat, J. (1994). Psikologi Komunikasi. Bandung: Rosda Karya.
Soeitoe, S. (1982). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Sukadipura, B. (1982). Aneka Problema Keguruan. Bandung: Angkasa. Suwarno. (1992). Pengantar Ilmu Pendidikan. Jakrta: PT. Rineka Cipta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar