PEMBERIAN PENGHARGAAN GANJARAN/PUJIAN
A. PENGERTIAN
1. Ganjaran adalah alat
pendidikan represif yang menyenangkan. Atau dikatakan juga, bahwa ganjaran
adalah penilaian yang bersifat positif terhadap belajarnya murid (Amin Danien
Indrakusuma, 1973:159);
2. Istilah tsawab (ËóÜæóÇÈñ)
= ganjaran, didapatkan dalam Al Qur'an dalam menunjukkan apa yang diperbuat
oleh seseorang dalam kehidupan ini atau akhirat kelak karena amal perbuatannya
yang baik.
Allah berfirman dalam Al Qur'an
Surah Ali Imran (3) ayat 148:
Maka Allah berikan ganjaran
kepada mereka di dunia dan di akhirat dengan ganjaran yang baik. Dan ALlah
cinta kepada orang-orang yang berbuat baik.
Ganjaran merupakan penilaian yang
bersifat positif terhadap belajar murid (Amin Danien Indrakusuma, 1973:159);
pada umumnya ganjaran/pujian merupakan motivator yang jauh lebih berkhasiat
dari pada celaan, hukuman atau ujian ulangan (H. Balnadi Sutadipura, 1982:132).
Pada umunya jiwa anak melihat bahwa pujian guru itu sebagai sumber mendapatkan
kepuasan, maka tindakan guru itu akan menjadi pendorong untuk terjadinya
tingkah laku (Samuel Soeitoe, 1982:36). Pujian dapat dilakukan dengan
memperteguh respon yang baru dengan mengasosiasikan pada stimulus tertentu
secara berkali-kali,
Skinner menyebutkan hal ini
dengan reinforcement (peneguhan), misalnya bila setiap anak menyebut kata yang
sopan kita segera memujinya, kelak anak itu akan mencintai kata-kata yang sopan
dalam komuikasinya, atau pada waktu mahasiswa membuat prestasi yang baik kita
menghargainya dengan sebuah buku yang bagus, maka mahasiswa akan meningkatkan
prestasinya. (Jalaluddin Rahmat, 1994:24)
B. SYARAT-SYARAT MEMBERIKAN
GANJARAN
Ag. Soejono (1980:163)
mengemukakan beberapa petunjuk dalam memberikan penghargaan, yaitu:
1. Penghargaan dari pihak
pendidik wajib makin berkurang dengan makin majunya perkembangan anak didik.
Akhirnya, wajib dicapai tingkatan anak didik memperoleh penghargaan dari
dirinya sendiri sesudah melaksanakan perbuatan yang luhur, yaitu kepuasan hati.
Perlu diketahui, bahwa tingkatan perkembangan setinggi itu hanya dapat dicapai
oleh pendidikan diri yang terus menerus, sehingga anak didik dalam masa
dewasanya memandang bahwa berbuat luhur adalah tugas hidupnya;
2. Pengargaan wajib
diberikan secara adil, tanpa membedakan anak didik, asal padanya ada kerajinan,
kesungguhan dan ketekunan berusaha. Ketidak adilan dalam pemberian penghargaan
dapat menimbulkan perpecahan dalam lingkungan pendidikan;
3. Penghargaan wajib
diberikan sesuai dengan sifat dan watak anak didik. Anak didik yang
memerlukannya, diberinya lebih dai pada yang lain. Misalnya pada anak kecil,
anak kurang pembawaan lebih banyak diberi dari pada anak yang lebih besar, anak
normal dan sebagainya, sebab sifat anak itu lebih memerlukan alat pendorong
dari pada anak besar dan anak normal;
4. Penghargaan wajib
diberikan dengan bijaksana. Kadang-kadang ada anak yang dengan perbuatan kurang
sportif bernafsu besar mendapatkan penghargaan. Pada anak semacam itu sebaiknya
tak diberikan penghargaan, biarpun prestasinya baik.
Apabila penghargaan menimbulkan sifat sombong, maka pemberian penghargaan
wajib dihentikan;
5. Pada anak didik dalam
masa kanak-kanak tidak ada keberatan penghargaan diberikan berupa makanan,
gula-gula dan lain sebagainya. Ini sesuai dengan perhatiannya.
C. MACAM-MACAM PENGHARGAAN
Ganjaran yang kita berikan kepada
siswa terdapat beberapa macam ganjaran. Ag. Soejono (1980:161) pada garis
besarnya dapat dibedakan ganjaran itu kepada empat macam, yaitu:
1. Pujian
Pujian adalah satu bentuk ganjaran yang paling mudah dilaksanakan. Pujian
dapat berupa kata-kata seperti: baik, bagus sekali dan sebagainya, tetapi dapat
juga berupa kata-kata yang bersifat sugestif. Di samping berupa kata-kata,
pujian dapat pula berupa isyarat-isyarat atau pertanda-pertanda. Misalnya
dengan menunjukkan ibu jari (jempol), dengan menepuk bahu anak, dengan tepuk
tangan dan sebagainya;
2. Penghormatan
Ganjaran berupa penghormatan dapat berbentuk dua macam, yaitu: Pertama,
berbentuk semacam penobatan, yaitu anak yang mendapat penghormatan diumumkan
dan ditampilkan di hadapan teman-temannya, dapat juga di hadapan teman-temannya
sekelas, teman-teman sesekolah, atau mungkin juga di hadapan para teman dan
para orang tua murid; Kedua, penghormatan berbentuk pemberian kekuasaan
untuk melakukan sesuatu, misalnya kepada anak yang berhasil menyelesaikan suatu
soal yang sulit, disuruh mengerjakannya di papan tulis untuk dicontoh
teman-temannya. Anak yang rajin diserahi wewenang/tugas untuk mengurusi
perpustakaan sekolah. Anak-anak yang senang bekerja diberi tugas untuk membantu
guru memelihara alat-alat pelajaran, dan sebagainya;
3. Hadiah
Yang dimaksud dengan hadiah di sini adalah ganjaran yang berbentuk
pemberian berupa barang. Ganjaran berbentuk ini disebut juga ganjaran materiil.
Ganjaran berupa pemberian barang ini sering mendatangkan pengaruh yang negatif
pada belajar murid, yakni bahwa hadiah ini lalu menjadi tujuan dari belajar
anak. Anak belajar bukan karena ingin menambah pengetahuan, tetapi belajar
karena ingin mendapatkan hadiah. Apabila tujuan untuk mendapatkan hadiah ini
tidak bisa tercapai, maka anak akan mundur belajarnya. Oleh karena itu,
pemberian hadiah berupa barang ini lebih baik jangan sering dilakukan. Berikan
hadiah berupa barang jika dianggap memang perlu, dan pilihlah pada saat yang
tepat;
4. Tanda Penghargaan
Jika hadiah merupakan ganjaran berupa barang, maka tanda penghargaan adalah
kebalikannya. Tanda penghargaan tidak dinilai dari segi harga dan kegunaan
barang-barang tersebut seperti halnya hadiah, melainkan tanda penghargaan
dinilai dari segi "kesan" atau "nilai kenangannya". Oleh
karena itu, ganjaran berupa tanda penghargaan disebut juga ganjaran symbolis.
Ganjaran symbolis dapat berupa surat-surat tanda penghargaan, surat tanda jasa,
sertifikat, piala dan sebagainya. Tanda penghargaan yang diperoleh anak akan
merupakan sumber pendorong bagi prkembangan anak selanjutnya.
Bentuk penghargaan lainnya
sebagaimana diungkapkan oleh Ag. Soejono (1980:161) adalah sebagai berikut:
1). Isyarat, misalnya anggukan,
raut muka, senyum dari pendidik dan sebagainya;
2). Perkataan, misalnya: rajin
engkau !;; baik, teruskan, dan sebagainya;
3). Perbuatan, misalnya anak
didik diperbolehkan mengatur meja, almari pendidik dan sebagainya;
4). Benda, penghargaan
dalam bentuk benda wajib sederhana sekali, misalnya gambar, pensil, buku tulis,
buku bacaan, buku keagamaan, alat permainan dan sebagainya.
D. NILAI PENGHARGAAN
Penghargaan pendidik terhadap
anak didik mempunyai nilai pendidikan. Sg. Soejono (1980:162) menyatakan
sebagai beikut:
1. Dari hal yang menyebabkan anak didik memperoleh
penghargaan, anak didik mengetahui norma-norma kehidupan yang baik;
2. Penghargaan memupuk rasa suka pada perbuatan atau
norma yang baik dan memperbesar semangat berbuat luhur, lebih-lebih kalau
penghargaan berasal dari pendidik yang dihormati dan disayangi anak didik;
3. Penghargaan yang akan diterima menolong kata hati anak
didik menjatuhkan pilihannya pada motif yang tepat pada waktu anak didik
mengalami perjuangan motif;
4. Di dalam pendidikan sosial rumah tangga, di sekolah
maupun di dalam masyarakat pemberian penghargaan menimbulkan suasana gembira;
5. Penghargaan memperkeras kemauan anak didik
melaksanakan perbuatan luhur yang telah ia pilih;
6. Penghargaan mempertinggi prestasi perbuatan anak didik
dan rombongan sosialnya.
Sumber :
Abdullah, A.S. (1990). Teori-Teori
Pendidikan Berdasarkan Al Qur'an. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Ag. Soejono. (1980). Pendahuluan
Ilmu Pendidikan Umum. Bandung: CV. Ilmu. Baharits,A.H.S. (1996). Tanggung
Jawab Ayah Terhadap Anak Laki-Laki. Jakrta: Gema Insani Press.
Indrakusuma, A.D. (1973).
Pengantar Ilmu Pengetahuan. Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP
Malang.
J.J. Hasibuan, dkk. (1988). Proses Belajar
Mengajar. Bandung: Remaja Karya. ………….. (1992). Proses Belajar Mengajar.
Bandung: Remaja Rodakarya.
JVS. Tondowidjojo CM.
(1991). Kunci Sukses Pendidikna. Yogyakarta: Kanisius. Rahmat, J.
(1994). Psikologi Komunikasi. Bandung: Rosda Karya.
Soeitoe, S. (1982). Psikologi
Pendidikan. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia.
Sukadipura, B. (1982). Aneka
Problema Keguruan. Bandung: Angkasa. Suwarno. (1992). Pengantar Ilmu
Pendidikan. Jakrta: PT. Rineka Cipta.
Tafsir, A. (1992). Ilmu Pendidikan Dalam
Perspektif Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar