GEJALA PSIKIS PADA
MANUSIA NORMAL
Keberhasilan pendidik dalam melaksanakan berbagai
peranannya antara lain akan dipengaruhi oleh pemahamannya tentang perkembangan
peserta didik. Oleh karena
itu agar sukses dalam mendidik, kita perlu memahami perkembangan, sebab hal ini
membantu kita dalam memahami tingkah laku. Tingkah laku siswa sendiri dipelajari
dalam suatu ilmu yang disebut sebagai psikologi. Psikologi adalah ilmu yang
mempelajari jiwa manusia.
Sumbangan Psikologi terhadap pendidikan, Subjek
dan objek pendidikan adalah manusia (individu) psikologi memberikan wawasan
bagaimana memahami perilaku individu dalam proses pendidikan dan bagaimana
membantu individu agar dapat berkembang secara optimal serta mengatasi
permasalahan yang timbul dalam diri individu (siswa) terutama masalah belajar
yang dalam hal ini adalah masalah dari segi pemahan dan keterbatasan
pembelajaran yang dialami oleh siswa. Psikologi dibutuhkan di berbagai ilmu
pengetahuan untuk mengerti dan memahami kejiwaan seseorang. Psikologi
juga merupakan suatu disiplin ilmu berobyek formal perilaku manusia, yang
berkembang pesat sesuai dengan perkembangan perilaku manusia dalam berbagai
latar.
Belajar dengan cara menyenangkan bagi siswa,
kurang mendapatkan perhatian para pendidik. Sebagian besar guru mengajar dengan
metode ceramah dan “menjejali” anak dengan materi pelajaran untuk mengejar
target kurikulum. Akibatnya hasil pembelajaran kurang signifikan sesuai dengan
kompetensi yang diharapkan sesuai kurikulum. Sebaiknya para tenaga pendidik
mulai berbenah diri agar beberapa kompetensi guru profesional dimiliki sehingga
akan berpengaruh terhadap peningkatan mutu pembelajaran.
Di zaman kemajuan ilmu pengatahuan dan teknologi
sekarang ini, para ahli berusaha untuk meningkatkan mengajar itu menjadi suatu
ilmu atau science. Dengan metode mengajar yang ilmiah, diharapkan proses
belajar mengajar itu lebih terjamin keberhasilannya. Inilah yang sedang
diusahakan oleh teknologi pendidikan. Sebuah obsesi bahwa pada suatu saat,
mengajar atau mendidik itu menjadi suatu teknologi yang dapat dikenal dan
dikuasai langkah-langkahnya.
Teknologi pendidikan keberadaanya sudah cukup
lama, yaitu di era pertengahan 1970-an. Namun sekarang masih banyak tenaga
pendidik yang kurang begitu memahami apalagi menerapkannya dalam dunia
pendidikan. Bahkan tidak dapat dipungkiri, masih banyak orang yang memiliki persepsi
yang keliru terhadap disiplin ini. Mereka beranggapan bahwa teknologi
pendidikan hanya mengenai televisi, computer atau penggantian peran guru oleh
seperangkat teknologi di kelas.
Teknologi pendidikan memberikan pendekatan yang
sistematis dan kritis tentang proses belajar mengajar. Teknologi pendidikan
memandangnya sebagai suatu masalah yang harus dihadapi secara rasional dengan
menerapkan metode pemecahan masalah. Di samping itu perkembangan teknologi
pendidikan didukung oleh perkembangan yang pesat dalam media komunikasi seperti
radio, televisi, video, CCTV, computer, internet dan lain-lain yang dapat
dimanfaatkan bagi tujuan instruksional. Dengan mempelajari teknologi
pendidikan, guru akan memilki pegangan yang lebih mantap dan pedoman yang lebih
dapat dipercaya untuk memberi pengajaran yang efektif. Sikap ilmiah terhadap
proses belajar mengajar akan memberi sikap yang lebih kritis terhadap cara
mengajar dan mendorong untuk mencari cara yang lebih menjamin keberhasilannya.
Dengan mendalami teknologi pendidikan, guru dapat meningkatkan profesinya
sebagai guru dan meningkatkan keguruan menjadi suatu profesi dalam arti yang
sebenarnya. Setelah mendalami diharapkan guru mampu menerapkannya dalam
pembelajaran karena memiliki nilai yang sangat penting dalam upaya peningkatan
mutu pendidikan.
Konsep dan prinsip teknologi pembelajaran sendiri
dikembangkan dan diperkaya oleh ahli-ahli bidang Psikologi, seperti Bruner
(1966), dan Gagne (1974), ahli Cybernetic seperti Landa (1976), dan Pask
(1976), serta praktisi seperti Gilbert (1969), dan Horn (1969), serta
lembaga-lembaga pendidikan yang memiliki ketertarikan atas pengembangan program
pembelajaran. Walaupun teknologi pembelajaran termasuk masih prematur, akan
tetapi usaha pengembangannya terus dilakukan secara kreatif dan teliti sehingga
mampu memecahkan permasalahan yang muncul dalam pembelajaran, sampai kepada
hal-hal mikro dalam tahapan tingkahlaku belajar peserta didik.
Pengertian
Manusia Normal
Dalam kehidupan nyata pada dasarnya manusia
menyadari bahwa perilakunya akan menimbulkan akibat. Dibandingkan makhluk
lain manusia mampu berfikir dan meningkatkan sifat adaptif dengan cara-cara
yang masuk akal. Maka,
Manusia normal merupaka manusia yang memiliki kesadaran diri, merenungkan
masa lalu, masa depan, kehidupan, kematian serta manusia yang memiliki rasa
moral, dalam artian manusia adalah makhluk yang beretika. Manusia adalah
makhluk yang berbudaya dan bermasyarakat. (GG.Simpson).
Pembagian
kelompok dan gejala gejala kejiwaan manuisa normal
Pada tiap individu
manusia yang normal pada umumnya memiliki gejala-gejala kejiwaan atau
pernyataan-pernyataan jiwa yang secara garis besarnya dalam psikologi umum
dibagi menjadi 4, diantaranya :
a. Gejala pengenalan (kognisi)
yang termasuk kegiatan psikis pengenalan/kognisi ini adalah gejala-gejala
jiwa seperti: pengamatan, tanggapan, ingatan, assosiasi, fantasi, berpikir, dan
intelligensi.
b. Gejala jiwa perasaan (emosi)
Bigot dkk membagi gejala jiwa perasan ini menjadi 2 yaitu:
1. perasaan rendah/jasmaniah
yaitu perasaan pengindraan & perasaan vital
2. Perasaan
luhur/rohaniah (perasaan keindahan, sosial, kesusilaan, ketuhanan, diri dan
intelektual).
c. Gejala
jiwa kehendak (konasi), ada dua macam gejala jiwa kehendak yaitu:
1. gejala
kehendak yang indriah seperti tropisme, refleks, instink, automatisme, nafsu,
kebiasaan, keinginaan, dan kecendrungan. Gejala kehendak ini tidak dipengaruhi akal pikiran.
2. gejala kehendak
rohaniah (kemauan).
d. Gejala campuran, diantarnya ialah minat dan
perhatian, kelelahan dan sugesti.
Gejala gejala ini ditujukan untuk memudahkan orang dalam mempelajari
gejala gejala kejiwaan pada manusia yang normal, karena setiap individu manusia
yang normal dan berbudaya dimanapun berada pada dirinya terdapat ke-4 jenis
gejala gejala kejiwaan tersebut. Sumber :
Ahmadi, Abu dan
Supriyono Widodo. 1990. Psikologi
Belajar (Jakarta:Rineka Cipta).
Abror, Rachman.1993. Psikologi Pendidikan (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar