SELAMAT BERGABUNG DENGAN BLOG PENGAWAS DAN GURU PROFESIONAL

SELAMAT BERGABUNG DENGAN BLOG KAMI,SEMOGA BERMANFAAT

Senin, 26 Desember 2011

Kepribadian dan aspek-aspeknya


KEPRIBADIAN DAN ASPEK-ASPEKNYA

Istilah kepribadian merupakan terjemahan dari Bahasa Inggirs “personality”. Sedangkan istilah personality secara etimologis berasal dari Bahasa latin “person” (kedok) dan “personare” (menembus). Persona biasanya dipakai oleh para pemain sandiwara pada zaman kuno untuk memerankan suatu bentuk tingkah laku dan karakter pribadi tertentu. Sedangkan yang dimaksud dengan personare adalah bahwa para pemain sandiwara itu dengan melalui kedoknya berusaha menembus keluar untuk mengekspresikan suatu bentuk gambaran manusia tertentu. Misalnya: seorang pendiam, pemurung, periang, peramah, pemarah dan sebagainya. Jadi, persona itu bukan pribadi pemain itu sendiri, tetapi gambaran pribadi dari tipe manusia tertentu dengan melalui kedok yang dipakainya. Lalu bagaimanakah para pakar psikologi mendifinisikan kepribadian itu sendiri? Apakah aspek-aspek kepribadian itu? Lalu bagaimana kepribadian itu berkembang?
Pengertian

Kepribadian itu memiliki banyak arti, bahkan saking banyaknya boleh dikatakan jumlah definisi dan arti dari kepribadian adalah sejumlah orang yang menafsirkannya. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan dalam penyusunan teori, penelitian dan pengukurannya.
MAY mengartikan kepribadian sebagai “Personalitiy is a social stimus value”. Artinya personality itu merupakan perangsang bagi orang lain. Jadi bagaimana orang lain bereaksi terhadap kita, itulah kepribadian kita.
MecDougal dan kawan-kawannya berpendapat, bahwa kepribadian adalah “tingkatan sifat-sifat dimana biasanya sifat yang tinggi tingkatannya mempunyai pengaruh yang menentukan”.
Sigmund Freud memandang kepribadian sebagai suatu struktur yang terdiri dari tiga sistem yaitu Id, Ego dan Superego. Dan tingkah laku, menurut Freud, tidak lain merupakan hasil dari konflik dan rekonsiliasi ketiga sistem kerpibadian tersebut.
Sedangkan Gordon W. Allport memberikan difinisi kepribadian sebagai berikut: “Kepribadian adalah Organisasi dinamis dalam diri individu sebagai sistem praktis psikofisis yang menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan”.
Theodore W Newcomb : Kepribadian adalah organisasi dari sikap-sikap (predispositions) yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang terhadap perilaku.

Koentjaraningrat : Kepribadian adalah cirri-ciri watak seorang individu yag konsisten yang memberikan kepadanya suatu identitas sebagai individu yang khusus.

Soerjono Soekanto : Kepribadian adalah keseluruhan dari pola interaksi, nilai, pola berpikir, sikap, norma dan perilaku manusia.

Cuber : Kepribadian merupakan gabungan keseluruhan dari cirri-ciri (sifat-sifag t) yang tampak dan dapat dilihat pada seseorang.

Bruce J Cohen : Kepribadian merupakan gabungan utuh dari sikap, sifat, emosi, dan nilai yang mempengaruhi seseorang agar berbuat sesuai dengan tata cara yang diharapkan.

Agus Sujanto : Kepribadian adalah suatu totalitas psikis yang kompleks dari individu sehingga Nampak di dalam tingkah lakunya yang unik.

Dari difinisi tersebut ada beberapa unsur yang perlu dijelaskan, yaitu sebagai berikut:
¨      Organisasi dinamis, maksudnya adalah bahwa kepribadian itu selalu berkembang dan berubah walaupun ada organisasi sistem yang mengikat dan menghubungkan sebagai komponen kepribadian.
¨      Psikofisis, ini menunjukan bahwa kepribadian bukanlah semata-mata material fisik), tetapi merupakan perpaduan kerja antara Aspek psikis dan fisik dalam kesatuan kepribadian.
¨      Istilah menetukan, berarti bahwa kepribadian mengandung kecenderungan-kecenderungan menentukan (determinasi) yang memainkan peran aktif dalam tingkah laku individu. Kepribadian adalah sesuatu dalam melakukan sesuatu. Kepribadian terletak dibelakang perbuatan-perbuatan khusus dan di dalam individu. Dalam arti kepribadian itu bukan hanya ada selama ada orang lain bereaksi terhadapnya, tetapi lebih jauh dari itu mempunyai eksetensi real (keadan nayata), yang termasuk di dalamnya segi-segi neural dan fisiologis.
¨      Unique (khas), ini menunjukan bahwa tidak ada dua orang yang mempunyai kepribadian yang sama.
¨      Menyesuaikan diri terhadap lingkungan, ini menunjukkan bahwa kepribadian mengantari individu dengan lingkungan fisik dan lingkungan psikologisnya, kadang-ladang menguasainya. Jadi kepribadian adalah suatu yang mempunyai fingsi atau arti Adaptasi dan menentukan.
Berdasarkan penjelasan Allport tersebut kita dapat melihat bahwa kepribadian sebagai suatu organisasi (berbagai aspek psikis dan fisik) merupakan suatu struktur dan sekaligus proses. Jadi, kepribadian merupakan sesuatu yang dapat berubah. Secara eksplisit Allport menyebutkan, kepribadian secara teratur tumbuh dan mengalami perubahan.
Dari beberpa difinisi yang telah dibuat oleh mereka, maka dapat disimpulkan bahwa:
Kepribadian itu merupakan suatu kebulatan, dan kebulatan itu bersifat kompleks, sedang kekomplekskannya itu disebabkan oleh karena banyaknya faktor-faktor dalam dan faktor-faktor lauar yang ikut menentukan kepribadian itu. Paduan antara faktor-faktor dalam dan faktor-faktor luar itu menimbulkan gambaran yang unik. Artinya tidak ada dua orang yang memiliki kepribadian yang benar-benar sama persis.
Teori Kepribadian
Salah satunya adalah teori psikoanalisa, yaitu tentang ketidaksadaran. Tokoh teori adalah Sigmund Freud mengatakan bahwa struktur kepribadian terdiri atas Id, Ego, dan Super Ego. Id merupakan struktur kepribadian yang paling dasar berisi energi psikis dan segala nafsu dan insting. Freud mengatakan bahwa insting kematian (destruktif). Setelah Id kemudian Ego. Ego menurut Freud mengikuti prinsip realita yaitu merealisasikan apa yang ada di dalam Id. Sedangkan Super Ego, berisi kode etik, moral dan nilai-nilai yang bersumber dari diri, agama, dan masyarakat.
Aspek-Aspek Kepribadian
Kepribadian itu mengandung pengertian yang kompleks. Ia terdiri dari bermacam-macam aspek, baik fisik maupun psikis Menurut Thorndike, aspek kepribadian dibedakan beberapa bagian sebagai berikut:
a.   Temperamen, aspek kepribadian yang berhubungan dengan nuansa hati dantingkat kepekaan. Termasuk dalam segmen ini adalah suka cita-pemurung,bersemangat- loyo, dan sebagainya
b.   Karakter, aspek kepribadian yang berhubungan dengan nilai-nilai sosial.Termasuk didalamnya : kejujuran,baik hati,kerjasama dan kerajinan.
c.   Penyesuaian, menyangkut seberapa jauh indvidu itu sanggup untuk“berdamai” dengan dirinya sendiri dan dengan dunia disekitarnya.
d.   Minat, aspek kepribadaian yang berhubungan dengan kecenderungan untuk mencari dan berpartisipasi denga kegiatan tertentu. Sikap, yang berhubungan dengan penerimaan atau penolakan terhadapindividu/kelompok lain, idea-idea tertentu, atau lembaga tertentu.
Dari keterangan diatas bahwasannya manusia sebagai pribadi pad ahakekatnya adalah merupakan kesatuan yang utuh. Aspek-aspek pembagiantersebut tidak terlepas antara satu dengan yang lainnya
Menurut Ny. Yoesoef Noesyirwan (1978) menganalisis aspek-aspek kepribadin menjadi 4 bagian yaitu:
a.   Vitalitas sebagai konstanta dari semangat hidup pribadi. Vitalitas adalah pusat tenaga, semangat hidup seseorang yang relatifkonstan atau menetap. Vitalitas merupakan lapisan kepribadian yang sangat erat hubungannya dengan proses psikologi atau proses psikologi dalam tubuh dan lebih ditentukan oleh faktor pembawaan. Namun demikian, vitalitas bukanlah merupakan bagian jasmaniah seseorang, karena vitalitas tidak ada hubungannya dengan tenaga otot, bentuk tubuh, atau tenaga badaniah.Vitalitas merupakan dasar kepribadian, karena merupakan unsur penting yang ikut menentukan kemampuan berprestasi, sikap hidup dan sikapterhadap sesama manusia dari seorang individu.Tempramen adalah konstanta, warna, dan bentuk penghayatan atau pengalaman seseorang serta cara bergeraknya.
b.   Temperamen sebagai konstanta dari warna dan corak pengalaman pribadierta cara bereaksi dan bergerak. Disebut konstanta karena tempramen merupakan suatu keadaaan atau potensional dari penghayatan alam perasaan yang relatif tetap. Temperamen mencakup dasar-dasar emosi berupa penghayatan dan pengalaman serta dasar-dasar psikomotorik berupacara bereaksi dan cara bergerak yang merupakan bagian dari kepribadian seseorang. Warna penghayatan atau pengalaman merupakan suasana jiwa yang melatar belakangi rasa kegembiraan dan kesedihan. Ada orang yang mempunyai warna penghayatan gembira, artinya cenderung untuk selalu dalam keadaan gembira. Bila ia ditimpa kemalangan, ia dapat menjadi sedih dan muram,namun kesediha itu cepat berlalu dan beberapa saat kemudian suasana gembira akan pulih kembali.Berangkat dari konsep di atas, maka seorang guru dituntut untuk menjaga perasaan dan emosinya agar stabil, optimis dan menyenangkan.
Dengan demikian diharapakan seorang guru dapat memikat hati anak didiknya, karena setiap anak didik merasa disayangi oleh gurunya. Maka guru yang goncang atau tidak stabil emosinya,misalnya mudahcemas, penakut, pemarah, penyedih dan pemurung. Anak didik akanterombang-ambing dibawa oleh arus emosi guru yang goncang tersebut karena anak didik yang masih dalam pertumbuhan jiwa itu juga dalam keadaan tidak stabil, karena masih dalam pertumbuhan dan perubahan. Biasanya guru yang tidak stabil emosinya tersebut, tidak menyenangkan bagi anak didiknya, karena mereka seringkali merasa tidak dimengerti oleh guru.Kegoncangan perasaan anak didik itu akan menyebabkan kurangnya kemampuannya untuk menerima dan memahami pelajaran, sebab konsentrasi pikirannya diganggu oleh perasaannya yang goncang karena melihat atau menghadapi guru yang goncang tadi.
Begitu pun juga guru yang pemarah atau keras, akan menyebabkan anak didiknya menjadi takut. Ketakutan itu dapat betumbuh atau berkembang menjadi benci. Karena takut itu menimbulkan derita atau ketegangan dalam hati anak,jika anak sering menderita oleh seorang guru, maka guru tersebut akan dijauhinya agar dapat menghindari derita yang mungkin terjadi.
c.   Watak sebagai konstanta dari hasrat, perasaan dan kehendak pribadimengenai nilai- nilai. Setelah kedua aspek diatas kemudian muncul aspek ketiga yaitu watak/karakter/tabi’at adalah keseluruhan perasaaan, sistem nilai, hasrat dan kehendak. Harat dan kehendak merupakan energi psikis yang menimbulkan motivasi sebagai penggerak untuk timbulnya suatu tingkah laku, baik hasrat maupun kehendak menunjukkan adanya dinamika yang mengarah pada suatu tujuan.
d.   Kecerdasan, bakat, daya nalar sebagai konstanta kemampuan diri. Bakat adalah disamakan dengan arti kemampuan yaitu disposisi jasmani dan rohaniah untuk melaksanakan kegiatan yang diarahkan dan dimotori oleh kemauan sehingga menghasilkan prestasi tertentu.
Menurut Drs. Marimba dalam bukunya Filsafat Pendidikan Islam mengatakan bahwa aspek-aspek kepribadian digolongkan menjadi 3 hal yaitu:
a.   Aspek-aspek kejasmanian: meliputi tingkah laku luar yang mudah nampak, dan ketahuan dari luar, misalnya;cara-caranya berbuat, cara caranya berbicara dan sebagainya.
b.   Aspek kejiwaan: meliputi aspek-aspek yang tidak segera dapat dilihat dan ketahuan dari luar, misalnya; cara-caranya berpikir, sikap, minat.
c.   Aspek-aspek kerohanian yang luhur: meliputi aspek-aspek kejiwaan yang lebih abstrak yaitu filsafat hidup dan kepercayaan. Ini meliputi sistem nilai- nilai yang telah meresap didalam kepribadian itu, yang telah menjadi bagian dan mendarah daging dalam kepribadian itu yang mengarahkan dan memberi corak seluruh kehidupan individu itu. Bagi orang-orang yang beragama, aspek-aspek inilah yang menuntunnya ke arah kebahagiaan, bukan saja di dunia tetapi juga di akhirat
Menurut Al-Attas dalam bukunya The Nature of Man and The Psychology of the Human Soul yang banyak merujuk kepada Ma’aarij al-Quds fi Madaarij Ma’rifat al-Nafs karya Al-Ghazali (Bastaman, 2005), dimensi-dimensi kejiwaan dengan aspek-aspeknya yang beragam itu dijelaskan secara rinci yang diantaranya adalah sebagai berikut:
1.     Dimensi Ragawi
Pada hakikatnya merupakan unsur materi dari manusia yang dapat mengalami kerusakan dan kehancuran. Ia adalah benda pasif yang tak mempunyai daya tanpa rekayasa dari luar (Bastaman, 1995).
2.     Dimensi Nabati (tetumbuhan/al-natiyyah)
Dimensi ini memiliki fungsi nutrisi (al-qaadiyyah), fungsi pertumbuhan (al-naamiyah), dan fungsi reproduksi (al-muwallidah)
3.     Dimensi Hewani (al-hayawaniyyun)
Dimensi hewan terdapat dua daya yaitu daya penggerak (al-muharrikah, locomotion) dan daya penangkapan (al-mudrikah, persepsi). Al-Ghazali (1995) menyatakan bahwa jiwa hewani itu secara garis besar mempunyai dua kekuatan, yaitu; (1) kekuatan menggerakkan; dan (2) kekuatan menemukan.
(1) Kekuatan menggerakkan ini terbagi lagi menjadi dua, yaitu:
a)         Kekuatan yang membangkitkan; adalah kekuatan ingin mencapai dan menumbuhkan gerak. Apabila di dalam khayalan berhasil suatu bentuk yang dikehendaki atau untuk ditinggalkan, maka kekuatan ini mengajak pada kekuatan yang melaksanakan gerak untuk segera bergerak. Oleh karena itu kekuatan yang membangkitkan ini mempunyai dua cabang, yaitu: pertama, kekuatan keinginan, yaitu kekuatan yangmembangkitkan gerak untuk mendekati sesuatu yang menurut anggapan pelakunya memang diperlukan atau bermanfaat karena mencari kelezatan; dan kedua, kekuatan marah, yaitu kekuatan yang membangkitkan gerak untuk menolak sesuatu yang menurut keyakinan pelakunya memang berbahaya atau merusakkan, karena mencari kemenangan. 
b)   Kekuatan yang melaksanakan gerak; adalah kekuatan yang tersebar dalam otot-otot dan urat lengan yang biasanya urat lengan itu mengerut kemudian menarik urat-urat kecil dan persendian yang dihubungkan dengan otot-otot tadi dan persendian kembali berbeda arah semula. Kekuatan inilah yangmembantu kekuatan membangkitkan.
(2) Kekuatan menemukan ini juga terbagi menjadi dua macam, yaitu:
a)         Kekuatan lahir; kekuatan lahir adalah kekuatan panca indera. Dalam masalah ini Al-Ghazali tidak mengetengahkan hakikatnya walaupun mengetahui hakikatnya itu sangat panjang, dan Al-Ghazali hanya bertujuan menurutkan secara globalnya saja.
b)    Kekuatan batin; kekuatan ini juga terbagi lagi menjadi lima bagian, yaitu:
Pertama, kekuatan khayalan, yaitu kekuatan yang menetapkan bayangan sesuatu yang telah hilang dari penglihatan, karena bayangan sesuatu yang dilihat itu masih tetap terbayang dalamkhayalan setelah mata dipejamkan.kekuatan itulah yang seakan-akan mencetak gambaran benda yang dilihat. Kekuatan itu dinamakan khayalan, dan kekuatan persekutuan indera, karena bekas-bekas benda yang ditemukan panca indera itu masih tetap terbayang;
Kedua, kekuatan pemelihara bentuk segala sesuatu bentuk yang dipegang seseorang itu bukan sesuatu yang diterimanya. Contohnya lilin, ia dapat melekatkan ukiran-ukiran dengan sebab ia menjadi kering, dan ia dapat menerimanya sebab ia dalam keadaan basah. Dan air pun dapat diukir, namun ia tidak dapat melekatkannya. Kekuatan-kekuatan yang menerima penemuan-penemuan panca indera dan kekuatan pemelihata bertempat di rongga otak pertama di bagianmuka. Apabila rongga pertama tertimpa penyakit, maka menjadi cacatlah kekuatan-kekuatan tersebut. Masalah ini dapat di ketahui melalui ilmu kedokteran;
Ketiga, kekuatan perasaan hati, yaitukekuatan yang urutannya berada di penghabisan rongga otak bagian tengah. Kekuatan ini dapat menemukan pengertian-pengertian yang tidak dirasakan seperti kekuatan instingtif kambing, bahwa serigala itu harus ditinggal lari dan anak-anaknya harus disayangi;
Keempat, kekuatan pemelihara pengertian yang tidak dirasakan oleh panca indera. Sebagaimana kekuatan kedua tadi, pemelihara bentuk, maka kekuatan keempat ini adalah kekuatan pemelihara pengertian. Kekuatan ini dinamakan kekuatan “ingatan atau memori”. Tempat kekuatan ini adalah rongga otak bagian belakang;
Kelima, rongga yang masih ketinggalan adalah rongga tengah, dan rongga ini adalah sebagai tempat kekuatan pikiran. Kekuatan ini berurutan antara kekuatan pemelihara bentuk dan kekuatan pemelihara pengertian. Biasanya, kekuatan ini dapat menyusun sebagian bentuk dalamkhayalan dengan sebagian yang lain, dapat menguraikan perincian sebagiannya dari sebagian yang lain sesuai dengan kemampuannya.
Dalam kekuatan ini, binatang-binatang mempunyai suatu kekuatan yang dinamakan insting. Namun kekuatannya tidak akan sampai pada kekuatan pikiran manusia. Daya persepsi (al-mudrikah) terbagi pada daya persepsi dari luar dan daya persepsi dari dalam (Purwanto, 2007).
a.   Daya Persepsi Luar (al-mudrikah min al-kharij)
Daya ini terdapat pada pancaindera menangkap informasi-informasi tersebut bukan alat-alat indera, melainkan jiwa hewan yang ada di dalam jiwa manusia. Hal ini sebagai konsekuensi logis bahwa anggota fisik tidak memiliki daya, tetapi hanya sebagai alat bagi daya jiwa. Indera-indera luar itu adalah:
i.      Indera peraba yang merupakan mata-mata pertama bagi jiwa. Ia tersebar di seluruh kulit, daging keringat dan syarat badan, yang memiliki kualitas panas, dingin, lembab, kering, keras, lembek, lembut, keras ringan dan berat. Jadi daya perabaan ini adalah satu jenis untuk empat macam daya, pertama daya yang memutuskan kontradiksi antara panas dan dingin, kedua antara basah dan kering, ketiga antara keras dan lembut dan keempat antara kasar dengan halus. Hikmah yang terkandung dalam daya perabaan adalah ketika hikmah ilahi mengharuskan hewan bergerak dengan keinginan terdiri dari berbagai unsur, dan merasa tidak aman dari bermacam-macam bahaya yang mengejarnya, maka tuhan memberi kekuatan dengan daya perabaan sehingga hewan tersebut dapat menyelamatkan diri ke tempat yang aman                               
ii.     Indera penciuman adalah daya yang ada terdapat pada bagian atas dalam hidung,terlihat dari bagian depan dan menonjol dari otak. Ia mempersepsi bau-bauan melalui udara. Indra penciuman pada hewan lebih kuat dan lebih sengit dibandingkan dengan manusia. Dan setelah daya perabaan indera penciumanlah yang terbentuk di dalam janin
iii.    Indera pengecapan mempersepsi makanan yang sesuai dan makanan yang tidak sesuai. Letaknya di lidah. Rasa bercampur dengan ludah yang diubah menjadi rasa. Jadi ludah berubah menjadi kualitas rasa. Pendapat ini sesuai dengan pendapat Ibnu Sina.
iv.    Indra penglihatan berfungsi untuk mempersepsi gambar yang memantul di dalam membran yang berasal dari cermin fisik yang memiliki warna yang menyebar pada benda-benda bercahaya hingga ke permukaan benda-benda licin. Jadi penglihatan terjadi karena pantulan gambar yang dilihat oleh membran mata dengan perantaraan kornea.
v.     Indera pendengaran muncul ketika suara muncul karena tekanan gelombang udara yang berasal dari lubang telinga atau daun telinga menuju udara yang menetap di bagian dalam otak dan menggerakkan sesuai dengan bentuknya (Hartati, 2004).

b)   Daya Persepsi Dalam (Batin)
Selain daya persepsi luar ada juga daya persepsi dari dalam. Berdasarkan fungsinya daya ini terbagi pada tiga bagian.
1)    Daya yang mempersepsi tetapi tidak menjaga,
2)    Daya yang menjaga tetapi tidak menyimpan
3)    Daya yang mempersepsi dan bereaksi (Hartati, 2004).

Menurut al-Ghazali informasi yang diterima lewat indera dari luar akan melalui lima proses dalam lima tahapan dari daya persepsi batin. Daya yang termasuk di dalam daya persepsi batin adalah :
a)   Indera Kolektif (al-hiss al-musytarak)
Indera Kolektif adalah daya di mana semua objek indera berkumpul untuk dipersepsi. Sebagai contoh Ketika kita melihat air hujan jatuh (dalam bentuk garis lurus) dan titik bergerak cepat sebagai garis yang melingkar, semuanya melalui proses pengamatan bukan khayalan. Dengan mata lahir kita melihat  bahwa air hujan dan titik yang bergerak sebagaimana adanya. Namun demikian mata hanya akan melihat sesuatu yang jatuh secara berlawanan dan bukan dalam bentuk garis. Artinya pada saat itu kita mengetahui bahwa ada daya lain karena sebelum satu kondisi yang satu hilang muncullah kondisi yang lain dan seterusnya, sehingga kita melihatnya seperti garis lurus atau garis lingkaran. Indera kolektif (al-hiss al musytarak) ini hanya mempersepsi objek yang bersifat parsial-fisik, tidak mempersepsi gestalt-rasional (al-kulliyat al-aqliyah) juga mempersepsi kenikmatan dan penderitaan yang berasal dari objek indera eksternal sebagaimana mempersepsi objek yang berasal dari khayalan.
b)    Daya Khayal (al-khayaliyah, representasi)
Adalah daya yang menyimpan semua gambar dari objek indera setelah  menghilang. Daya khayal dan daya indera kolektif secara bersama-sama mengalami proses pembedaan. Dengan kedua daya tersebut kita dapat memutuskan bahwa rasa ini bukan dimiliki oleh yang punya warna ini, dan pemilik warna ini memiliki rasa ini dan sebagainya. Oleh karenanya hakim tidak akan memutuskan sesuatu yang belum pernah dihadirkan oleh terdakwa.
c)     Daya Wahmiyyah (estimasi)
Adalah daya yang akan mempersepsi makna-makna parsial yang bersifat non-inderawi dari hal-hal yang parsial-inderawi. Seperti kambing mempersepsi permusuhan dari serigala dimana permusuhan bukan merupakan suatu yang bersifat inderawi, tetapi daya waham mempersepsinya karena melihat serigala. Daya wahmiyyah merupakan pemimpin bagi semua perilaku hewan, seperti hukum akal pada manusia.
Pada manusia daya waham memiliki hukum-hukum tertentu di antaranya mempengaruhi jiwa untuk menolak keberadaan segala sesuatu yang tidak dapat dikhayalkan atau digambarkan di dalam khayalan. Al-Ghazali mengatakan bahwa beberapa objek persepsi yang diiringi oleh beberapa respon mampu membentuk keterkaitan-keterkaitan antara objek-objek tersebut dengan berbagai respon. Jadi jika hewan atau manusia mempersepsi stimulus tersebut di lain waktu, maka berbagai respon yang sama akan muncul darinya.
Al-Ghazali sangat memahami respon bersyarat. Sebagai contoh respon takut terhadap ular berkaitan dengan bentuk dan warnanya yang menjalar juga pada tali yang berwarna dan bentuknya yang mirip dengan ular. Jadi daya waham memiliki fungsi psikologis terutama dalam pembentukan respon bersyarat. 
d)    Memori/Mengingat (az-zakirah)
Semua makna parsial yang ditangkap oleh daya waham disimpan oleh daya memori. Jadi daya memori merupakan gudang bagi semua makna parsial.
e)     Daya Fantasi/Imajinasi (mutakhayyilah)
Daya ini menyusun dan memisahkan gambar-gambar satu sama lain, menyusun dan memisahkan makna-makna parsial satu sama lain serta mengaitkan gambar dengan makna. Jiwa menggunakan daya fantasi dalam melaksanakan proses penyusunan dan pemisahan seusai dengan hukum atau aturan yang dikehendaki, jadi akan memberi kemungkinan pada manusia untuk mempelajari berbagai bidang disiplin ilmu dan keahlian. Daya ini merupakan daya tertinggi dalam pengelolaan informasi. Kadang-kadang fantasi melaksanakan fungsi menyusun dan menggabungkan makna dan gambar untuk membantu akal praktis dan akal teoritis. Jika jiwa mempergunakannya pada sesuatu yang rasional maka itulah yang dinamakan berpikir (Purwanto, 2007).
Seluruh tingkatan daya pada daya persepsi batin memerlukan otak sebagai alat untuk memproses informasi-informasi tersebut. Al-hiss al-musytarak bertempat pada pangkal syaraf indera pada otak bagian depan, al-khayaliyah di belakangnya, masih pada bagian depan otak, al wahamiyah bertempat lebih khusus pada rongga tengah otak, terutama sebelah belakangnya, al-mutakhayyilah pada rongga otak, sebelah depan, sedangkan az-zakirah (al-hafizah) bertempat di bagian belakang otak.
Proses pengolahan informasi pada daya persepsi baik dalam maupun luar hanya sampai pada  batas abstrak fisik. Artinya, informasi itu telah dapat dilepaskan dari fisiknya sehingga yang ditankap adalah kesan atau makna saja. Kalaupun ia dapat dipandang sebagai pengetahuan, maka tingkatannya masih sangat rendah. Semua proses ini masih berada dalam wilayah daya jiwa hewan dan bukan merupakan daya khas jiwa manusia. 

4.     Dimensi Insani
Pada Dimensi Insani atau daya jiwa khas manusia atau dikenal dengan jiwa rasional (an-nafs an-natiqah), daya jiwa lebih tinggi dari pada itu, dan telah memiliki dua daya, yaitu daya praktis (al-amilah, practical) dan daya teoretis (al-alimah, an-nazariyah, theoritical).  Dalam hal ini lebih dikenal dengan istilah akal (akal teoretis dan akal praktis).
Adapun jiwa manusia, ditinjau dari segi kemanusiaannya, maka kekuatannya terbagi menjadi dua macam, yaitu: (1) kekuatan pekerti; dan (2) kekuatan bekerja (Al-Ghazali, 1995).
Masing-masing dari dua kekuatan jiwa itu dinamakan “akal”. Namun menurut pengertian isim musytarak, karena kekuatan jiwa alamiah (kekuatan mengerti) itu dinamakan akal adalah karena dapat melayani kepada kekuatan bekerja dan selalu mengajak bermusyawarah terhadap ketentuan-ketentuannya.
Sedangkan kekuatan bekerja adalah merupakan kekuatan yang sebenarnya. Jiwa atau dalam bahasa Arabnya “nafsun” adalah pemula gerakan badan manusia menuju perbuatan-perbuatan tertentu, yang khusus dengan pikiran sesuai dengan kehendak kekuatan mengerti. Prinsip budi pekerti itu adalah tunggal. Namun mempunyai dua sandaran karena kekuatan menguasai itu lazimnya ada kekuatan yang menurut dan kekuatan yang menurut inilah budi pekerti yang terpuji. Prinsip jiwa adalah lebih mulia daripada dijumpai dengan panca indera, tetapi diketahui dengan akal atau bekas-bekas dan perbuatan-perbuatannya.
Jiwa itu mempunyai dua sandaran, yaitu sandaran menuju arah bawah dan sandaran menuju arah atas. Ia mempunyai kekuatan sesuai dengan masing-masing sandaran, dan dengan kekuatan itu menjadi teraturlah hubungan antara kekuatan itu sendiri dengan masing-masing sandaran (Al-Ghazali, 1995).
Oleh Karena itu jiwa seakan-akan mempunyai dua arah, yaitu: (1) arah menuju badan, dan arah ini haruslah menguasai dan tidak menerima sifat-sifat yang melekat pada badan serta hawa nafsu; dan (2) arah yang menuju derajat yang mulia dan luhur, arah ini haruslah senantiasa menerima apa-apa dari derjat luhur itu dengan menerima kesan-kesan daripadanya. Sebab arah tersebut merupakan tempat turunnya sebab-sebab kebahagiaan (Al-Ghazali, 1995).
Daya /akal praktis adalah daya yang bertanggung jawab mengatur badan, bekerja sama dengan hasrat yang mendorong manusia melakukan berbagai perilaku parsial. Misalnya malu, segan menangis dan tertawa. Daya praktis berfungsi menggunakan tubuh melalui daya-daya hewan untuk mengontrol hawa nafsu sehingga hawa nafsu yang terdapat dalam badan tidak menjadi halangan bagi daya teoritis untuk membawa manusia ke tingkah yang lebih sempurna (Purwanto, 2007).
Daya praktis juga merupakan daya yang bertanggung jawab terhadap akhlak. Kerja sama daya praktis dan daya fantasi serta daya waham ini melahirkan kesimpulan berbagai keahlian keterampilan dan profesi. Kerja sama daya praktis dan daya teoritis akan melahirkan berbagai ide moral seperti kejujuran, kebaikan, kebohongan, keburukan, keadilan, keindahan dan sebagainya (Hartati, 2004). Sedangkan daya/akal teoritis berfungsi menyempurnakan substansinya. substansinya bersifat immateri dan abstrak. Ia berhubungan dengan pengetahuan-pengetahuan yang abstrak dan universal memiliki tingkatan-tingkatan sebagai berikut:
a.   Akal Potensial (al-’aql al-hayuulaanii)
Pada fase ini akal masih berupa potensi. Kondisinya diibaratkan seperti adanya kemampuan menulis pada anak kecil yang belum mampu menulis. Potensinya sudah ada tetapi belum muncul secara aktual.
b.   Akal Properti / habitual (al-’aql bi al-malakut/ mumkin)
Pada fase ini akal telah dimungkinkan untuk mengetahui pengetahuan aksiomatis secara reflektif. Pengetahuan ini disebut sebagai pengetahuan rasional tingkat pertama / insting akal (gharizah al-aql)
c.   Akal Aktual (al-’aql bi al-fi’li)
Pada fase ini akal telah bisa menggunakan pengetahuan pertama sebagai premis mayor dalam silogisme untuk memperoleh pengetahuan rasional kedua. Pengetahuan pertama sebagai modal dan pengetahuan kedua sebagai hasil pemikiran.
Berfikir pada fase ini bukan semata-mata merupakan hasil akal murni tetapi juga menggunakan daya al-mutakhayyillah yang ada pada jiwa sensitif
d.   Akal Perolehan (al-aql mustafad)
Pada tingkatan ini akal telah mempunyai pengetahuan-pengetahuan secara aktual dan menyadari kesadarannya secara faktual. Pada taraf ini akal bersifat pasif. Pengetahuan diperoleh dengan sendirinya tanpa memerlukan proses berfikir. Pengetahuan ini merupakan limpahan dari akal yang selamanya aktual (akal aktif malaikat yang bertugas untuk memberi pengetahuan pada manusia) (Hartati, 2004).
Para ahli psikologi memberikan penekanan bahwa yang dipelajari oleh psikologi bukanlah jiwa, tetapi tingkah laku manusia, baik perilaku yang kelihatan (overt) maupun yang tidak kelihatan (covert). Tingkah laku manusia tersebut dianalisis ke dalam tiga aspek atau fungsi, yaitu:
1.      Aspek Kognitif (pengetahuan), yaitu pemikiran, ingatan, hayalan, daya bayang, inisiatif, kreativitas, pengamatan, dan pengindraan. Fungsi aspek kognitif adalah menunjukkan jalan, mengarahkan, dan mengendalikan tingkah laku.
2.      Aspek Afektif, yaitu kejiwaan yang berhubungan dengan kehidupan alam perasaan atau emosi, sedangkan hasrat, kehendak, kemauan, keinginan, kebutuhan, dorongan, dan element motivasi lainnya disebut aspek konatif atau psiko-motorik (kecenderungan atau niat tindak) yang tidak dapat dipisahkan dengan aspek afektif. Kedua aspek tersebut sering disebut aspek finalis yang berfungsi sebagai energi atau tenaga mental yang menyebabkan manusia bertingkah laku.
Aspek Motorik, yaitu berfungsi sebagai pelaksana tingkah laku manusia seperti perbuatan dan gerakan jasmani lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar