KEPRIBADIAN DAN ASPEK-ASPEKNYA
Istilah
kepribadian merupakan terjemahan dari Bahasa Inggirs “personality”. Sedangkan
istilah personality secara etimologis berasal dari Bahasa latin “person”
(kedok) dan “personare” (menembus). Persona biasanya dipakai oleh para pemain
sandiwara pada zaman kuno untuk memerankan suatu bentuk tingkah laku dan
karakter pribadi tertentu. Sedangkan yang dimaksud dengan personare adalah
bahwa para pemain sandiwara itu dengan melalui kedoknya berusaha menembus
keluar untuk mengekspresikan suatu bentuk gambaran manusia tertentu. Misalnya:
seorang pendiam, pemurung, periang, peramah, pemarah dan sebagainya. Jadi,
persona itu bukan pribadi pemain itu sendiri, tetapi gambaran pribadi dari tipe
manusia tertentu dengan melalui kedok yang dipakainya. Lalu bagaimanakah para
pakar psikologi mendifinisikan kepribadian itu sendiri? Apakah aspek-aspek
kepribadian itu? Lalu bagaimana kepribadian itu berkembang?
Pengertian
Kepribadian itu memiliki banyak arti, bahkan saking banyaknya boleh dikatakan jumlah definisi dan arti dari kepribadian adalah sejumlah orang yang menafsirkannya. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan dalam penyusunan teori, penelitian dan pengukurannya.
Kepribadian itu memiliki banyak arti, bahkan saking banyaknya boleh dikatakan jumlah definisi dan arti dari kepribadian adalah sejumlah orang yang menafsirkannya. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan dalam penyusunan teori, penelitian dan pengukurannya.
MAY mengartikan kepribadian
sebagai “Personalitiy is a social stimus value”. Artinya personality itu
merupakan perangsang bagi orang lain. Jadi bagaimana orang lain bereaksi
terhadap kita, itulah kepribadian kita.
MecDougal dan
kawan-kawannya berpendapat, bahwa kepribadian adalah “tingkatan sifat-sifat
dimana biasanya sifat yang tinggi tingkatannya mempunyai pengaruh yang
menentukan”.
Sigmund Freud
memandang kepribadian sebagai suatu struktur yang terdiri dari tiga sistem
yaitu Id, Ego dan Superego. Dan tingkah laku, menurut Freud, tidak lain merupakan
hasil dari konflik dan rekonsiliasi ketiga sistem kerpibadian tersebut.
Sedangkan Gordon W.
Allport memberikan difinisi kepribadian sebagai berikut: “Kepribadian adalah Organisasi dinamis
dalam diri individu sebagai sistem praktis psikofisis yang menentukan caranya
yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan”.
Theodore W Newcomb : Kepribadian adalah organisasi dari
sikap-sikap (predispositions) yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang
terhadap perilaku.
Koentjaraningrat : Kepribadian adalah cirri-ciri watak seorang individu yag konsisten yang memberikan kepadanya suatu identitas sebagai individu yang khusus.
Soerjono Soekanto : Kepribadian adalah keseluruhan dari pola interaksi, nilai, pola berpikir, sikap, norma dan perilaku manusia.
Cuber : Kepribadian merupakan gabungan keseluruhan dari cirri-ciri (sifat-sifag t) yang tampak dan dapat dilihat pada seseorang.
Bruce J Cohen : Kepribadian merupakan gabungan utuh dari sikap, sifat, emosi, dan nilai yang mempengaruhi seseorang agar berbuat sesuai dengan tata cara yang diharapkan.
Agus Sujanto : Kepribadian adalah suatu totalitas psikis yang kompleks dari individu sehingga Nampak di dalam tingkah lakunya yang unik.
Koentjaraningrat : Kepribadian adalah cirri-ciri watak seorang individu yag konsisten yang memberikan kepadanya suatu identitas sebagai individu yang khusus.
Soerjono Soekanto : Kepribadian adalah keseluruhan dari pola interaksi, nilai, pola berpikir, sikap, norma dan perilaku manusia.
Cuber : Kepribadian merupakan gabungan keseluruhan dari cirri-ciri (sifat-sifag t) yang tampak dan dapat dilihat pada seseorang.
Bruce J Cohen : Kepribadian merupakan gabungan utuh dari sikap, sifat, emosi, dan nilai yang mempengaruhi seseorang agar berbuat sesuai dengan tata cara yang diharapkan.
Agus Sujanto : Kepribadian adalah suatu totalitas psikis yang kompleks dari individu sehingga Nampak di dalam tingkah lakunya yang unik.
Dari difinisi tersebut ada
beberapa unsur yang perlu dijelaskan, yaitu sebagai berikut:
¨
Organisasi dinamis, maksudnya adalah
bahwa kepribadian itu selalu berkembang dan berubah walaupun ada organisasi
sistem yang mengikat dan menghubungkan sebagai komponen kepribadian.
¨
Psikofisis, ini menunjukan bahwa
kepribadian bukanlah semata-mata material fisik), tetapi merupakan perpaduan
kerja antara Aspek
psikis dan fisik dalam kesatuan kepribadian.
¨
Istilah menetukan, berarti bahwa
kepribadian mengandung kecenderungan-kecenderungan menentukan (determinasi)
yang memainkan peran aktif dalam tingkah laku individu. Kepribadian adalah
sesuatu dalam melakukan sesuatu. Kepribadian terletak dibelakang
perbuatan-perbuatan khusus dan di dalam individu. Dalam arti kepribadian itu
bukan hanya ada selama ada orang lain bereaksi terhadapnya, tetapi lebih jauh
dari itu mempunyai eksetensi real (keadan nayata), yang termasuk di dalamnya
segi-segi neural dan fisiologis.
¨
Unique (khas), ini menunjukan bahwa tidak
ada dua orang yang mempunyai kepribadian yang sama.
¨
Menyesuaikan diri terhadap lingkungan,
ini menunjukkan bahwa kepribadian mengantari individu dengan lingkungan fisik
dan lingkungan psikologisnya, kadang-ladang menguasainya. Jadi kepribadian
adalah suatu yang mempunyai fingsi atau arti Adaptasi dan menentukan.
Berdasarkan penjelasan Allport
tersebut kita dapat melihat bahwa kepribadian sebagai suatu organisasi (berbagai
aspek psikis dan fisik) merupakan suatu struktur dan sekaligus proses. Jadi,
kepribadian merupakan sesuatu yang dapat berubah. Secara eksplisit Allport
menyebutkan, kepribadian secara teratur tumbuh dan mengalami perubahan.
Dari beberpa difinisi yang telah
dibuat oleh mereka, maka dapat disimpulkan bahwa:
Kepribadian itu merupakan suatu
kebulatan, dan kebulatan itu bersifat kompleks, sedang kekomplekskannya itu
disebabkan oleh karena banyaknya faktor-faktor dalam dan faktor-faktor lauar
yang ikut menentukan kepribadian itu. Paduan antara faktor-faktor dalam dan faktor-faktor luar itu menimbulkan
gambaran yang unik. Artinya tidak ada dua orang yang memiliki kepribadian yang
benar-benar sama persis.
Teori Kepribadian
Salah satunya adalah teori psikoanalisa, yaitu
tentang ketidaksadaran. Tokoh teori adalah Sigmund Freud mengatakan bahwa
struktur kepribadian terdiri atas Id, Ego, dan Super Ego. Id merupakan struktur
kepribadian yang paling dasar berisi energi psikis dan segala nafsu dan
insting. Freud mengatakan bahwa insting kematian (destruktif). Setelah Id
kemudian Ego. Ego
menurut Freud mengikuti prinsip realita yaitu merealisasikan apa yang ada di
dalam Id. Sedangkan Super Ego, berisi kode etik, moral dan nilai-nilai yang
bersumber dari diri, agama, dan masyarakat.
Aspek-Aspek Kepribadian
Kepribadian
itu mengandung pengertian yang kompleks. Ia terdiri dari bermacam-macam aspek,
baik fisik maupun psikis Menurut Thorndike, aspek kepribadian dibedakan
beberapa bagian sebagai berikut:
a. Temperamen,
aspek kepribadian yang berhubungan dengan nuansa hati dantingkat kepekaan.
Termasuk dalam segmen ini adalah suka cita-pemurung,bersemangat- loyo, dan
sebagainya
b. Karakter,
aspek kepribadian yang berhubungan dengan nilai-nilai sosial.Termasuk
didalamnya : kejujuran,baik hati,kerjasama dan kerajinan.
c. Penyesuaian,
menyangkut seberapa jauh indvidu itu sanggup untuk“berdamai” dengan dirinya
sendiri dan dengan dunia disekitarnya.
d. Minat,
aspek kepribadaian yang berhubungan dengan kecenderungan untuk mencari dan berpartisipasi
denga kegiatan tertentu. Sikap, yang berhubungan dengan penerimaan atau
penolakan terhadapindividu/kelompok lain, idea-idea tertentu, atau lembaga
tertentu.
Dari
keterangan diatas bahwasannya manusia sebagai pribadi pad ahakekatnya adalah
merupakan kesatuan yang utuh. Aspek-aspek pembagiantersebut tidak terlepas
antara satu dengan yang lainnya
Menurut Ny.
Yoesoef Noesyirwan (1978) menganalisis aspek-aspek kepribadin menjadi 4 bagian
yaitu:
a. Vitalitas
sebagai konstanta dari semangat hidup pribadi. Vitalitas adalah pusat tenaga,
semangat hidup seseorang yang relatifkonstan atau menetap. Vitalitas merupakan
lapisan kepribadian yang sangat erat hubungannya dengan proses psikologi atau
proses psikologi dalam tubuh dan lebih ditentukan oleh faktor pembawaan. Namun
demikian, vitalitas bukanlah merupakan bagian jasmaniah seseorang, karena
vitalitas tidak ada hubungannya dengan tenaga otot, bentuk tubuh, atau tenaga
badaniah.Vitalitas merupakan dasar kepribadian, karena merupakan unsur penting
yang ikut menentukan kemampuan berprestasi, sikap hidup dan sikapterhadap
sesama manusia dari seorang individu.Tempramen adalah konstanta, warna, dan
bentuk penghayatan atau pengalaman seseorang serta cara bergeraknya.
b. Temperamen
sebagai konstanta dari warna dan corak pengalaman pribadierta cara bereaksi dan
bergerak. Disebut konstanta karena tempramen merupakan suatu keadaaan atau
potensional dari penghayatan alam perasaan yang relatif tetap. Temperamen
mencakup dasar-dasar emosi berupa penghayatan dan pengalaman serta dasar-dasar
psikomotorik berupacara bereaksi dan cara bergerak yang merupakan bagian dari
kepribadian seseorang. Warna penghayatan atau pengalaman merupakan suasana jiwa
yang melatar belakangi rasa kegembiraan dan kesedihan. Ada orang yang mempunyai
warna penghayatan gembira, artinya cenderung untuk selalu dalam keadaan
gembira. Bila ia ditimpa kemalangan, ia dapat menjadi sedih dan muram,namun
kesediha itu cepat berlalu dan beberapa saat kemudian suasana gembira akan
pulih kembali.Berangkat dari konsep di atas, maka seorang guru dituntut untuk
menjaga perasaan dan emosinya agar stabil, optimis dan menyenangkan.
Dengan
demikian diharapakan seorang guru dapat memikat hati anak didiknya, karena
setiap anak didik merasa disayangi oleh gurunya. Maka guru yang goncang atau
tidak stabil emosinya,misalnya mudahcemas, penakut, pemarah, penyedih dan
pemurung. Anak didik akanterombang-ambing dibawa oleh arus emosi guru yang
goncang tersebut karena anak didik yang masih dalam pertumbuhan jiwa itu juga
dalam keadaan tidak stabil, karena masih dalam pertumbuhan dan perubahan.
Biasanya guru yang tidak stabil emosinya tersebut, tidak menyenangkan bagi anak
didiknya, karena mereka seringkali merasa tidak dimengerti oleh
guru.Kegoncangan perasaan anak didik itu akan menyebabkan kurangnya
kemampuannya untuk menerima dan memahami pelajaran, sebab konsentrasi
pikirannya diganggu oleh perasaannya yang goncang karena melihat atau
menghadapi guru yang goncang tadi.
Begitu pun juga guru yang pemarah atau keras, akan menyebabkan anak
didiknya menjadi takut. Ketakutan itu dapat betumbuh atau berkembang menjadi
benci. Karena takut itu menimbulkan derita atau ketegangan dalam hati anak,jika
anak sering menderita oleh seorang guru, maka guru tersebut akan dijauhinya
agar dapat menghindari derita yang mungkin terjadi.
c. Watak sebagai konstanta dari hasrat, perasaan
dan kehendak pribadimengenai nilai- nilai. Setelah kedua aspek diatas kemudian
muncul aspek ketiga yaitu watak/karakter/tabi’at adalah keseluruhan perasaaan,
sistem nilai, hasrat dan kehendak. Harat dan kehendak merupakan energi psikis
yang menimbulkan motivasi sebagai penggerak untuk timbulnya suatu tingkah laku,
baik hasrat maupun kehendak menunjukkan adanya dinamika yang mengarah pada
suatu tujuan.
d. Kecerdasan,
bakat, daya nalar sebagai konstanta kemampuan diri. Bakat adalah disamakan
dengan arti kemampuan yaitu disposisi jasmani dan rohaniah untuk melaksanakan
kegiatan yang diarahkan dan dimotori oleh kemauan sehingga menghasilkan
prestasi tertentu.
Menurut Drs.
Marimba dalam bukunya Filsafat Pendidikan Islam mengatakan bahwa aspek-aspek
kepribadian digolongkan menjadi 3 hal yaitu:
a. Aspek-aspek
kejasmanian: meliputi tingkah laku luar yang mudah nampak, dan ketahuan dari
luar, misalnya;cara-caranya berbuat, cara caranya berbicara dan sebagainya.
b. Aspek
kejiwaan: meliputi aspek-aspek yang tidak segera dapat dilihat dan ketahuan
dari luar, misalnya; cara-caranya berpikir, sikap, minat.
c. Aspek-aspek
kerohanian yang luhur: meliputi aspek-aspek kejiwaan yang lebih abstrak yaitu
filsafat hidup dan kepercayaan. Ini meliputi sistem nilai- nilai yang telah
meresap didalam kepribadian itu, yang telah menjadi bagian dan mendarah daging
dalam kepribadian itu yang mengarahkan dan memberi corak seluruh kehidupan
individu itu. Bagi orang-orang yang beragama, aspek-aspek inilah yang
menuntunnya ke arah kebahagiaan, bukan saja di dunia tetapi juga di akhirat
Menurut Al-Attas dalam bukunya The Nature of Man and The Psychology of the Human
Soul yang banyak merujuk kepada Ma’aarij al-Quds fi Madaarij Ma’rifat
al-Nafs karya Al-Ghazali (Bastaman, 2005), dimensi-dimensi kejiwaan dengan
aspek-aspeknya yang beragam itu dijelaskan secara rinci yang diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Dimensi Ragawi
Pada hakikatnya merupakan unsur materi dari
manusia yang dapat mengalami kerusakan dan kehancuran. Ia adalah benda pasif
yang tak mempunyai daya tanpa rekayasa dari luar (Bastaman, 1995).
2. Dimensi Nabati
(tetumbuhan/al-natiyyah)
Dimensi ini memiliki fungsi nutrisi (al-qaadiyyah),
fungsi pertumbuhan (al-naamiyah), dan fungsi reproduksi (al-muwallidah)
3. Dimensi Hewani
(al-hayawaniyyun)
Dimensi hewan terdapat dua daya yaitu daya
penggerak (al-muharrikah, locomotion) dan daya penangkapan
(al-mudrikah, persepsi). Al-Ghazali (1995) menyatakan bahwa jiwa
hewani itu secara garis besar mempunyai dua kekuatan, yaitu; (1) kekuatan
menggerakkan; dan (2) kekuatan menemukan.
(1) Kekuatan menggerakkan ini terbagi lagi
menjadi dua, yaitu:
a) Kekuatan yang membangkitkan; adalah kekuatan
ingin mencapai dan menumbuhkan gerak. Apabila di dalam khayalan berhasil suatu
bentuk yang dikehendaki atau untuk ditinggalkan, maka kekuatan ini mengajak
pada kekuatan yang melaksanakan gerak untuk segera bergerak. Oleh karena itu
kekuatan yang membangkitkan ini mempunyai dua cabang, yaitu: pertama,
kekuatan keinginan, yaitu kekuatan yangmembangkitkan gerak untuk mendekati
sesuatu yang menurut anggapan pelakunya memang diperlukan atau bermanfaat
karena mencari kelezatan; dan kedua, kekuatan marah, yaitu kekuatan yang
membangkitkan gerak untuk menolak sesuatu yang menurut keyakinan pelakunya
memang berbahaya atau merusakkan, karena mencari kemenangan.
b) Kekuatan yang
melaksanakan gerak; adalah kekuatan yang tersebar dalam otot-otot dan urat
lengan yang biasanya urat lengan itu mengerut kemudian menarik urat-urat kecil
dan persendian yang dihubungkan dengan otot-otot tadi dan persendian kembali
berbeda arah semula. Kekuatan inilah yangmembantu kekuatan membangkitkan.
(2) Kekuatan menemukan ini juga terbagi
menjadi dua macam, yaitu:
a) Kekuatan lahir; kekuatan lahir adalah
kekuatan panca indera. Dalam masalah ini Al-Ghazali tidak mengetengahkan
hakikatnya walaupun mengetahui hakikatnya itu sangat panjang, dan Al-Ghazali
hanya bertujuan menurutkan secara globalnya saja.
b) Kekuatan batin;
kekuatan ini juga terbagi lagi menjadi lima bagian, yaitu:
Pertama, kekuatan khayalan, yaitu kekuatan yang menetapkan bayangan sesuatu yang
telah hilang dari penglihatan, karena bayangan sesuatu yang dilihat itu masih
tetap terbayang dalamkhayalan setelah mata dipejamkan.kekuatan itulah yang
seakan-akan mencetak gambaran benda yang dilihat. Kekuatan itu dinamakan
khayalan, dan kekuatan persekutuan indera, karena bekas-bekas benda yang
ditemukan panca indera itu masih tetap terbayang;
Kedua, kekuatan pemelihara bentuk segala sesuatu bentuk yang dipegang seseorang
itu bukan sesuatu yang diterimanya. Contohnya lilin, ia dapat melekatkan
ukiran-ukiran dengan sebab ia menjadi kering, dan ia dapat menerimanya sebab ia
dalam keadaan basah. Dan air pun dapat diukir, namun ia tidak dapat
melekatkannya. Kekuatan-kekuatan yang menerima penemuan-penemuan panca indera
dan kekuatan pemelihata bertempat di rongga otak pertama di bagianmuka. Apabila
rongga pertama tertimpa penyakit, maka menjadi cacatlah kekuatan-kekuatan
tersebut. Masalah ini dapat di ketahui melalui ilmu kedokteran;
Ketiga, kekuatan perasaan hati, yaitukekuatan yang urutannya berada di penghabisan
rongga otak bagian tengah. Kekuatan ini dapat menemukan pengertian-pengertian
yang tidak dirasakan seperti kekuatan instingtif kambing, bahwa serigala itu
harus ditinggal lari dan anak-anaknya harus disayangi;
Keempat, kekuatan pemelihara pengertian yang tidak dirasakan oleh panca indera.
Sebagaimana kekuatan kedua tadi, pemelihara bentuk, maka kekuatan keempat ini
adalah kekuatan pemelihara pengertian. Kekuatan ini dinamakan kekuatan “ingatan
atau memori”. Tempat kekuatan ini adalah rongga otak bagian belakang;
Kelima, rongga yang masih ketinggalan adalah rongga
tengah, dan rongga ini adalah sebagai tempat kekuatan pikiran. Kekuatan ini
berurutan antara kekuatan pemelihara bentuk dan kekuatan pemelihara pengertian.
Biasanya, kekuatan ini dapat menyusun sebagian bentuk dalamkhayalan dengan
sebagian yang lain, dapat menguraikan perincian sebagiannya dari sebagian yang
lain sesuai dengan kemampuannya.
Dalam kekuatan ini, binatang-binatang mempunyai suatu kekuatan yang
dinamakan insting. Namun kekuatannya tidak akan sampai pada kekuatan pikiran
manusia. Daya persepsi (al-mudrikah) terbagi pada daya persepsi dari
luar dan daya persepsi dari dalam (Purwanto, 2007).
a. Daya Persepsi Luar (al-mudrikah min al-kharij)
Daya ini terdapat pada pancaindera menangkap informasi-informasi tersebut
bukan alat-alat indera, melainkan jiwa hewan yang ada di dalam jiwa manusia.
Hal ini sebagai konsekuensi logis bahwa anggota fisik tidak memiliki daya,
tetapi hanya sebagai alat bagi daya jiwa. Indera-indera luar itu adalah:
i. Indera peraba yang merupakan mata-mata pertama
bagi jiwa. Ia tersebar di seluruh kulit, daging keringat dan syarat badan, yang
memiliki kualitas panas, dingin, lembab, kering, keras, lembek, lembut, keras
ringan dan berat. Jadi daya perabaan ini adalah satu jenis untuk empat macam
daya, pertama daya yang memutuskan kontradiksi antara panas dan dingin, kedua
antara basah dan kering, ketiga antara keras dan lembut dan keempat antara
kasar dengan halus. Hikmah yang terkandung dalam daya perabaan adalah ketika
hikmah ilahi mengharuskan hewan bergerak dengan keinginan terdiri dari berbagai
unsur, dan merasa tidak aman dari bermacam-macam bahaya yang mengejarnya, maka
tuhan memberi kekuatan dengan daya perabaan sehingga hewan tersebut dapat
menyelamatkan diri ke tempat yang
aman
ii. Indera penciuman adalah daya yang ada terdapat
pada bagian atas dalam hidung,terlihat dari bagian depan dan menonjol dari
otak. Ia mempersepsi bau-bauan melalui udara. Indra penciuman pada hewan lebih
kuat dan lebih sengit dibandingkan dengan manusia. Dan setelah daya perabaan
indera penciumanlah yang terbentuk di dalam janin
iii. Indera
pengecapan mempersepsi makanan yang sesuai dan makanan yang tidak sesuai. Letaknya di lidah. Rasa bercampur dengan
ludah yang diubah menjadi rasa. Jadi ludah berubah menjadi kualitas rasa.
Pendapat ini sesuai dengan pendapat Ibnu Sina.
iv. Indra penglihatan berfungsi untuk mempersepsi gambar yang memantul
di dalam membran yang berasal dari cermin fisik yang memiliki warna yang
menyebar pada benda-benda bercahaya hingga ke permukaan benda-benda licin. Jadi
penglihatan terjadi karena pantulan gambar yang dilihat oleh membran mata
dengan perantaraan kornea.
v. Indera pendengaran muncul ketika suara muncul karena tekanan
gelombang udara yang berasal dari lubang telinga atau daun telinga menuju udara
yang menetap di bagian dalam otak dan menggerakkan sesuai dengan bentuknya
(Hartati, 2004).
b) Daya
Persepsi Dalam (Batin)
Selain daya persepsi luar ada juga daya persepsi dari dalam. Berdasarkan
fungsinya daya ini terbagi pada tiga bagian.
1) Daya yang mempersepsi
tetapi tidak menjaga,
2) Daya yang menjaga
tetapi tidak menyimpan
3) Daya yang mempersepsi
dan bereaksi (Hartati, 2004).
Menurut al-Ghazali informasi yang diterima lewat indera dari luar akan
melalui lima proses dalam lima tahapan dari daya persepsi batin. Daya yang
termasuk di dalam daya persepsi batin adalah :
a) Indera
Kolektif (al-hiss al-musytarak)
Indera Kolektif adalah daya di mana semua objek indera berkumpul untuk
dipersepsi. Sebagai contoh Ketika kita melihat air hujan jatuh (dalam bentuk
garis lurus) dan titik bergerak cepat sebagai garis yang melingkar, semuanya
melalui proses pengamatan bukan khayalan. Dengan mata lahir kita melihat
bahwa air hujan dan titik yang bergerak sebagaimana adanya. Namun demikian mata
hanya akan melihat sesuatu yang jatuh secara berlawanan dan bukan dalam bentuk
garis. Artinya pada saat itu kita mengetahui bahwa ada daya lain karena sebelum
satu kondisi yang satu hilang muncullah kondisi yang lain dan seterusnya,
sehingga kita melihatnya seperti garis lurus atau garis lingkaran. Indera
kolektif (al-hiss al musytarak) ini hanya mempersepsi objek yang
bersifat parsial-fisik, tidak mempersepsi gestalt-rasional (al-kulliyat
al-aqliyah) juga mempersepsi kenikmatan dan penderitaan yang berasal dari
objek indera eksternal sebagaimana mempersepsi objek yang berasal dari
khayalan.
b) Daya Khayal (al-khayaliyah,
representasi)
Adalah daya yang menyimpan semua gambar dari objek indera setelah
menghilang. Daya khayal dan daya indera kolektif secara bersama-sama mengalami
proses pembedaan. Dengan kedua daya tersebut kita dapat memutuskan bahwa rasa
ini bukan dimiliki oleh yang punya warna ini, dan pemilik warna ini memiliki
rasa ini dan sebagainya. Oleh karenanya hakim tidak akan memutuskan sesuatu
yang belum pernah dihadirkan oleh terdakwa.
c) Daya Wahmiyyah
(estimasi)
Adalah daya yang akan mempersepsi makna-makna parsial yang bersifat
non-inderawi dari hal-hal yang parsial-inderawi. Seperti kambing mempersepsi
permusuhan dari serigala dimana permusuhan bukan merupakan suatu yang bersifat
inderawi, tetapi daya waham mempersepsinya karena melihat serigala. Daya wahmiyyah
merupakan pemimpin bagi semua perilaku hewan, seperti hukum akal pada manusia.
Pada manusia daya waham memiliki hukum-hukum tertentu di antaranya
mempengaruhi jiwa untuk menolak keberadaan segala sesuatu yang tidak dapat
dikhayalkan atau digambarkan di dalam khayalan. Al-Ghazali mengatakan bahwa
beberapa objek persepsi yang diiringi oleh beberapa respon mampu membentuk keterkaitan-keterkaitan
antara objek-objek tersebut dengan berbagai respon. Jadi jika hewan atau
manusia mempersepsi stimulus tersebut di lain waktu, maka berbagai respon yang
sama akan muncul darinya.
Al-Ghazali sangat memahami respon bersyarat. Sebagai contoh respon takut
terhadap ular berkaitan dengan bentuk dan warnanya yang menjalar juga pada tali
yang berwarna dan bentuknya yang mirip dengan ular. Jadi daya waham memiliki
fungsi psikologis terutama dalam pembentukan respon bersyarat.
d) Memori/Mengingat
(az-zakirah)
Semua makna parsial yang ditangkap oleh daya waham disimpan oleh daya
memori. Jadi daya memori merupakan gudang bagi semua makna parsial.
e) Daya
Fantasi/Imajinasi (mutakhayyilah)
Daya ini menyusun dan memisahkan gambar-gambar satu sama lain, menyusun dan
memisahkan makna-makna parsial satu sama lain serta mengaitkan gambar dengan
makna. Jiwa menggunakan daya fantasi dalam melaksanakan proses penyusunan dan
pemisahan seusai dengan hukum atau aturan yang dikehendaki, jadi akan memberi kemungkinan
pada manusia untuk mempelajari berbagai bidang disiplin ilmu dan keahlian. Daya
ini merupakan daya tertinggi dalam pengelolaan informasi. Kadang-kadang fantasi
melaksanakan fungsi menyusun dan menggabungkan makna dan gambar untuk membantu
akal praktis dan akal teoritis. Jika jiwa mempergunakannya pada sesuatu yang
rasional maka itulah yang dinamakan berpikir (Purwanto, 2007).
Seluruh tingkatan daya pada daya persepsi batin memerlukan otak sebagai
alat untuk memproses informasi-informasi tersebut. Al-hiss al-musytarak
bertempat pada pangkal syaraf indera pada otak bagian depan, al-khayaliyah
di belakangnya, masih pada bagian depan otak, al wahamiyah bertempat lebih
khusus pada rongga tengah otak, terutama sebelah belakangnya, al-mutakhayyilah
pada rongga otak, sebelah depan, sedangkan az-zakirah (al-hafizah)
bertempat di bagian belakang otak.
Proses pengolahan informasi pada daya persepsi baik dalam maupun luar hanya
sampai pada batas abstrak fisik. Artinya, informasi itu telah dapat
dilepaskan dari fisiknya sehingga yang ditankap adalah kesan atau makna saja.
Kalaupun ia dapat dipandang sebagai pengetahuan, maka tingkatannya masih sangat
rendah. Semua proses ini masih berada dalam wilayah daya jiwa hewan dan bukan
merupakan daya khas jiwa manusia.
4. Dimensi Insani
Pada Dimensi Insani
atau daya jiwa khas manusia atau dikenal dengan jiwa rasional (an-nafs
an-natiqah), daya jiwa lebih tinggi dari pada itu, dan telah
memiliki dua daya, yaitu daya praktis (al-amilah, practical)
dan daya teoretis (al-alimah, an-nazariyah, theoritical).
Dalam hal ini lebih dikenal
dengan istilah akal (akal teoretis dan akal praktis).
Adapun jiwa manusia, ditinjau dari segi
kemanusiaannya, maka kekuatannya terbagi menjadi dua macam, yaitu: (1) kekuatan
pekerti; dan (2) kekuatan bekerja (Al-Ghazali, 1995).
Masing-masing dari dua kekuatan jiwa itu dinamakan
“akal”. Namun menurut pengertian isim musytarak, karena kekuatan jiwa alamiah
(kekuatan mengerti) itu dinamakan akal adalah karena dapat melayani kepada
kekuatan bekerja dan selalu mengajak bermusyawarah terhadap
ketentuan-ketentuannya.
Sedangkan kekuatan bekerja adalah merupakan
kekuatan yang sebenarnya. Jiwa atau dalam bahasa Arabnya “nafsun” adalah
pemula gerakan badan manusia menuju perbuatan-perbuatan tertentu, yang khusus
dengan pikiran sesuai dengan kehendak kekuatan mengerti. Prinsip budi pekerti
itu adalah tunggal. Namun mempunyai dua sandaran karena kekuatan menguasai itu
lazimnya ada kekuatan yang menurut dan kekuatan yang menurut inilah budi
pekerti yang terpuji. Prinsip jiwa adalah lebih mulia daripada dijumpai dengan
panca indera, tetapi diketahui dengan akal atau bekas-bekas dan
perbuatan-perbuatannya.
Jiwa itu mempunyai dua sandaran, yaitu sandaran
menuju arah bawah dan sandaran menuju arah atas. Ia mempunyai kekuatan sesuai
dengan masing-masing sandaran, dan dengan kekuatan itu menjadi teraturlah
hubungan antara kekuatan itu sendiri dengan masing-masing sandaran (Al-Ghazali,
1995).
Oleh Karena itu jiwa seakan-akan mempunyai dua
arah, yaitu: (1) arah menuju badan, dan arah ini haruslah menguasai dan tidak
menerima sifat-sifat yang melekat pada badan serta hawa nafsu; dan (2) arah
yang menuju derajat yang mulia dan luhur, arah ini haruslah senantiasa menerima
apa-apa dari derjat luhur itu dengan menerima kesan-kesan daripadanya. Sebab
arah tersebut merupakan tempat turunnya sebab-sebab kebahagiaan (Al-Ghazali,
1995).
Daya /akal praktis adalah daya yang bertanggung
jawab mengatur badan, bekerja sama dengan hasrat yang mendorong manusia
melakukan berbagai perilaku parsial. Misalnya malu, segan menangis dan tertawa.
Daya praktis berfungsi menggunakan tubuh melalui daya-daya hewan untuk
mengontrol hawa nafsu sehingga hawa nafsu yang terdapat dalam badan tidak
menjadi halangan bagi daya teoritis untuk membawa manusia ke tingkah yang lebih
sempurna (Purwanto, 2007).
Daya praktis juga merupakan daya yang bertanggung
jawab terhadap akhlak. Kerja sama daya praktis dan daya fantasi serta daya
waham ini melahirkan kesimpulan berbagai keahlian keterampilan dan profesi. Kerja
sama daya praktis dan daya teoritis akan melahirkan berbagai ide moral seperti
kejujuran, kebaikan, kebohongan, keburukan, keadilan, keindahan dan sebagainya
(Hartati, 2004). Sedangkan daya/akal teoritis berfungsi menyempurnakan
substansinya. substansinya bersifat immateri dan abstrak. Ia berhubungan
dengan pengetahuan-pengetahuan yang abstrak dan universal memiliki
tingkatan-tingkatan sebagai berikut:
a. Akal
Potensial (al-’aql al-hayuulaanii)
Pada fase ini akal masih berupa potensi. Kondisinya diibaratkan seperti
adanya kemampuan menulis pada anak kecil yang belum mampu menulis. Potensinya
sudah ada tetapi belum muncul secara aktual.
b. Akal
Properti / habitual (al-’aql bi al-malakut/ mumkin)
Pada fase ini akal telah dimungkinkan untuk mengetahui pengetahuan
aksiomatis secara reflektif. Pengetahuan ini disebut sebagai pengetahuan
rasional tingkat pertama / insting akal (gharizah al-aql)
c. Akal
Aktual (al-’aql bi al-fi’li)
Pada fase ini akal telah bisa menggunakan pengetahuan pertama sebagai
premis mayor dalam silogisme untuk memperoleh pengetahuan rasional kedua.
Pengetahuan pertama sebagai modal dan pengetahuan kedua sebagai hasil
pemikiran.
Berfikir pada fase ini bukan semata-mata merupakan hasil akal murni tetapi
juga menggunakan daya al-mutakhayyillah yang ada pada jiwa sensitif
d. Akal
Perolehan (al-aql mustafad)
Pada tingkatan ini akal telah mempunyai pengetahuan-pengetahuan secara
aktual dan menyadari kesadarannya secara faktual. Pada taraf ini akal bersifat
pasif. Pengetahuan diperoleh dengan sendirinya tanpa memerlukan proses
berfikir. Pengetahuan ini merupakan limpahan dari akal yang selamanya aktual
(akal aktif malaikat yang bertugas untuk memberi pengetahuan pada manusia)
(Hartati, 2004).
Para ahli psikologi memberikan penekanan
bahwa yang dipelajari oleh psikologi bukanlah jiwa, tetapi tingkah laku
manusia, baik perilaku yang kelihatan (overt) maupun yang tidak kelihatan
(covert). Tingkah laku manusia tersebut dianalisis ke dalam tiga aspek atau
fungsi, yaitu:
1. Aspek Kognitif (pengetahuan), yaitu
pemikiran, ingatan, hayalan, daya bayang, inisiatif, kreativitas, pengamatan,
dan pengindraan. Fungsi aspek kognitif adalah menunjukkan jalan, mengarahkan,
dan mengendalikan tingkah laku.
2. Aspek Afektif, yaitu kejiwaan yang
berhubungan dengan kehidupan alam perasaan atau emosi, sedangkan hasrat,
kehendak, kemauan, keinginan, kebutuhan, dorongan, dan element motivasi lainnya
disebut aspek konatif atau psiko-motorik (kecenderungan atau niat tindak) yang
tidak dapat dipisahkan dengan aspek afektif. Kedua aspek tersebut sering
disebut aspek finalis yang berfungsi sebagai energi atau tenaga mental yang
menyebabkan manusia bertingkah laku.
Aspek Motorik, yaitu berfungsi sebagai pelaksana tingkah laku manusia
seperti perbuatan dan gerakan jasmani lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar