Taksonomi Perilaku Individu
Kalau
perilaku individu mencakup segala pernyataan hidup, betapa banyak kata yang
harus dipergunakan untuk
mendeskripsikannya. Untuk keperluan studi tentang perilaku kiranya perlu ada
sistematika pengelompokan berdasarkan kerangka berfikir tertentu
(taksonomi).Dalam konteks pendidikan, Bloom mengungkapkan tiga kawasan (domain)
perilaku individu beserta sub kawasan dari masing-masing kawasan, yakni :
a.
Kawasan Kognitif; yaitu kawasan yang berkaitan
aspek-aspek intelektual atau berfikir/nalar.
1)
Pengetahuan (knowledge);
Pengetahuan
merupakan aspek kognitif yang paling rendah tetapi paling mendasar. Dengan
pengetahuan individu dapat mengenal dan mengingat kembali suatu objek, ide
prosedur, konsep, definisi, nama, peristiwa, tahun, daftar, rumus, teori, atau
kesimpulan. Dilihat dari objek yang diketahui (isi) pengetahuan dapat
digolongkan sebagai berikut :
a)
Mengetahui sesuatu secara khusus; terdiri dari :
v
Mengetahui terminologi yaitu berhubungan dengan
mengenal atau mengingat kembali istilah atau konsep tertentu yang dinyatakan
dalam bentuk simbol, baik berbentuk verbal maupun non verbal.
v
Mengetahui fakta tertentu yaitu mengenal atau
mengingat kembali tanggal, peristiwa, orang tempat, sumber informasi, kejadian
masa lalu, kebudayaan masyarakat tertentu, dan ciri-ciri yang tampak dari
keadaan alam tertentu.
b)
Mengetahui tentang cara untuk memproses atau melakukan
sesuatu.
v
Mengetahui kebiasaan atau cara mengetengahkan
ide atau pengalaman
v
Mengetahui urutan dan kecenderungan yaitu
proses, arah dan gerakan suatu gejala atau fenomena pada waktu yang berkaitan.
v Mengetahui penggolongan atau pengkategorisasian.
Mengetahui kelas, kelompok, perangkat atau susunan yang digunakan di dalam
bidang tertentu, atau memproses sesuatu.
v
Mengetahui kriteria yang digunakan untuk
mengidentifikasi fakta, prinsip, pendapat atau perlakuan.
v Mengetahui metodologi, yaitu perangkat cara yang
digunakan untuk mencari, menemukan atau menyelesaikan masalah.
v
Mengetahui hal-hal yang universal dan abstrak
dalam bidang tertentu, yaitu ide, bagan dan pola yang digunakan untuk
mengorganisasi suatu fenomena atau pikiran.
v
Mengetahui prinsip dan generalisasi
v
Mengetahui teori dan struktur.
2)
Pemahaman (comprehension)
Pemahaman
atau dapat dijuga disebut dengan istilah mengerti merupakan kegiatan mental
intelektual yang mengorganisasikan materi yang telah diketahui. Temuan-temuan
yang didapat dari mengetahui seperti definisi, informasi, peristiwa, fakta
disusun kembali dalam struktur kognitif yang ada. Temuan-temuan ini
diakomodasikan dan kemudian berasimilasi dengan struktur kognitif yang ada,
sehingga membentuk struktur kognitif baru. Tingkatan dalam pemahaman ini
meliputi :
a) Translasi
yaitu mengubah simbol tertentu menjadi simbol lain tanpa perubahan makna.
Misalkan simbol dalam bentuk kata-kata diubah menjadi gambar, bagan atau
grafik;
b)
interpretasi
yaitu menjelaskan makna yang terdapat dalam simbol, baik dalam bentuk simbol
verbal maupun non verbal. Seseorang
dapat dikatakan telah dapat menginterpretasikan tentang suatu konsep atau
prinsip tertentu jika dia telah mampu membedakan, memperbandingkan atau
mempertentangkannya dengan sesuatu yang lain. Contoh sesesorang dapat dikatakan
telah mengerti konsep tentang “motivasi kerja” dan dia telah dapat membedakannya
dengan konsep tentang ”motivasi belajar”; dan
c) Ekstrapolasi;
yaitu melihat kecenderungan, arah atau kelanjutan dari suatu temuan. Misalnya,
kepada siswa dihadapkan rangkaian bilangan 2, 3, 5, 7, 11, dengan kemapuan
ekstrapolasinya tentu dia akan mengatakan bilangan ke-6 adalah 13 dan ke-7 adalah 19. Untuk bisa
seperti itu, terlebih dahulu dicari prinsip apa yang bekerja diantara kelima
bilangan itu. Jika ditemukan bahwa kelima bilangan tersebut adalah urutan
bilangan prima, maka kelanjutannnya dapat dinyatakan berdasarkan prinsip
tersebut.
3)
Penerapan (application)
Menggunakan
pengetahuan untuk memecahkan masalah atau menerapkan pengetahuan dalam
kehidupan sehari-hari. Seseorang dikatakan menguasai kemampuan ini jika ia
dapat memberi contoh, menggunakan, mengklasifikasikan, memanfaatkan,
menyelesaikan dan mengidentifikasi hal-hal yang sama. Contoh, dulu ketika pertama kali
diperkenalkan kereta api kepada petani di Amerika, mereka berusaha untuk
memberi nama yang cocok bagi alat angkutan tersebut. Satu-satunya alat transportasi yang sudah
dikenal pada waktu itu adalah kuda. Bagi mereka, ingat kuda ingat transportasi.
Dengan pemahaman demikian, maka mereka memberi nama pada kereta api tersebut dengan
iron horse (kuda besi). Hal ini menunjukkan
bagaimana mereka menerapkan konsep terhadap sebuah temuan baru.
4)
Penguraian (analysis);
Menentukan
bagian-bagian dari suatu masalah dan menunjukkan hubungan antar-bagian
tersebut, melihat penyebab-penyebab dari suatu peristiwa atau memberi argumen-argumen
yang menyokong suatu pernyataan.
Secara
rinci Bloom mengemukakan tiga jenis
kemampuan analisis, yaitu :
a)
Menganalisis unsur :
v
Kemampuan melihat asumsi-asumsi yang tidak
dinyatakan secara eksplisit pada suatu pernyataan
v
Kemampuan untuk membedakan fakta dengan
hipotesa.
v
Kemampuan untuk membedakan pernyataan faktual
dengan pernyataan normatif.
v Kemampuan untuk mengidentifikasi motif-motif dan
membedakan mekanisme perilaku antara
individu dan kelompok.
v
Kemampuan untuk memisahkan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan
yang mendukungnya.
b)
Menganalisis hubungan
v
Kemampuan untuk melihat secara komprehensif
interrelasi antar ide dengan ide.
v Kemampuan untuk mengenal unsur-unsur khusus yang
membenarkan suatu pernyataan.
v
Kemampuan untuk mengenal fakta atau asumsi yang
esensial yang mendasari suatu pendapat atau tesis atau argumen-argumen yang
mendukungnya.
v
Kemampuan untuk memastikan konsistensinya
hipotesis dengan informasi atau asumsi yang ada.
v
Kemampuan untuk menganalisis hubungan di antara
pernyataan dan argumen guna membedakan mana pernyataan yang relevan mana yang
tidak.
v
Kemampuan untuk mendeteksi hal-hal yang tidak
logis di dalam suatu argumen.
v
Kemampuan untuk mengenal hubungan kausal dan
unsur-unsur yang penting dan yang tidak penting di dalam perhitungan historis.
c)
Menganalisis prinsip-prinsip organisasi
v Kemampuan untuk menguraikan antara bahan
dan alat
v Kemampuan untuk mengenal bentuk dan pola
karya seni dalam rangka memahami maknanya.
v Kemampuan untuk mengetahui maksud dari
pengarang suatu karya tulis, sudut pandang atau ciri berfikirnya dan perasaan
yang dapat diperoleh dalam karyanya.
v Kemampuan untuk melihat teknik yang
digunakan dalam meyusun suatu materi
yang bersifat persuasif seperti advertensi dan propaganda.
5)
Memadukan (synthesis)
Menggabungkan, meramu, atau merangkai berbagai informasi menjadi satu
kesimpulan atau menjadi suatu hal yang baru. Kemampuan berfikir induktif dan
konvergen merupakan ciri kemampuan ini. Contoh: memilih nada dan irama dan
kemudian manggabungkannya sehingga menjadi gubahan musik yang baru, memberi
nama yang sesuai bagi suatu temuan baru, menciptakan logo organisasi.
6)
Penilaian (evaluation)
Mempertimbangkan, menilai dan mengambil keputusan benar-salah,
baik-buruk, atau bermanfaat – tak bermanfaat berdasarkan kriteria-kriteria tertentu
baik kualitatif maupun kuantitatif. Terdapat dua kriteria pembenaran yang
digunakan, yaitu :
a)
Pembenaran berdasarkan kriteria internal; yang
dilakukan dengan memperhatikan konsistensi atau kecermatan susunan secara logis
unsur-unsur yang ada di dalam objek yang diamati.
b)
Pembenaran berdasarkan kriteria eksternal; yang
dilakukan berdasarkan kriteria-kriteria yang bersumber di luar objek yang
diamati., misalnya kesesuaiannya dengan aspirasi umum atau kecocokannya dengan
kebutuhan pemakai.
b. Kawasan Afektif; yaitu kawasan yang
berkaitan aspek-aspek emosional, seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan
sebagainya.
1)
Penerimaan (receiving/attending)
Kawasan penerimaan diperinci ke dalam tiga tahap,
yaitu :
a)
Kesiapan untuk menerima (awareness), yaitu adanya kesiapan untuk berinteraksi dengan
stimulus (fenomena atau objek yang akan dipelajari), yang ditandai dengan kehadiran dan usaha untuk memberi
perhatian pada stimulus yang bersangkutan.
b)
Kemauan untuk menerima (willingness to receive), yaitu usaha untuk mengalokasikan perhatian
pada stimulus yang bersangkutan.
c)
Mengkhususkan perhatian (controlled or selected attention).
Mungkin perhatian itu hanya tertuju pada
warna, suara atau kata-kata tertentu saja.
2)
Sambutan (responding)
Mengadakan aksi terhadap stimulus, yang meliputi
proses sebagai berikut :
a)
Kesiapan menanggapi (acquiescene of responding). Contoh : mengajukan pertanyaan,
menempelkan gambar dari tokoh yang disenangi pada tembok kamar yang
bersangkutan, atau mentaati peraturan lalu lintas.
b)
Kemauan menanggapi (willingness
to respond), yaitu usaha untuk melihat hal-hal khusus di dalam bagian yang
diperhatikan. Misalnya pada desain atau
warna saja.
c)
Kepuasan menanggapi (satisfaction in response), yaitu adanya aksi atau kegiatan yang
berhubungan dengan usaha untuk memuaskan keinginan mengetahui. Contoh kegiatan
yang tampak dari kepuasan menanggapi ini adalah bertanya, membuat coretan atau
gambar, memotret dari objek yang
menjadi pusat perhatiannya, dan sebagainya.
3)
Penghargaan (valuing)
Pada tahap ini sudah mulai timbul proses internalisasi untuk memiliki dan
menghayati nilai dari stimulus yang dihadapi.
Penilaian terbagi atas empat tahap sebagai berikut :
a)
Menerima nilai (acceptance
of value), yaitu kelanjutan dari usaha memuaskan diri untuk menanggapi
secara lebih intensif.
b)
Menyeleksi nilai yang lebih disenangi (preference for a value) yang dinyatakan dalam usaha untuk mencari
contoh yang dapat memuaskan perilaku menikmati, misalnya lukisan yang memiliki
yang memuaskan.
c)
Komitmen yaitu kesetujuan terhadap suatu nilai dengan alasan-alasan
tertentu yang muncul dari rangkaian pengalaman. Komitmen ini dinyatakan dengan
rasa senang, kagum, terpesona. Kagum atas keberanian seseorang, menunjukkan
komitmen terhadap nilai keberanian yang dihargainya.
4)
Pengorganisasian (organization)
Pada tahap ini yang bersangkutan tidak hanya menginternalisasi satu nilai
tertentu seperti pada tahap komitmen, tetapi mulai melihat beberapa nilai yang
relevan untuk disusun menjadi satu sistem nilai. Proses ini terjadi dalam dua
tahapan, yakni :
a)
Konseptualisasi nilai, yaitu keinginan untuk menilai
hasil karya orang lain, atau menemukan asumsi-asumsi yang mendasari suatu moral
atau kebiasaan.
b)
Pengorganisasian sistem nilai, yaitu menyusun perangkat
nilai dalam suatu sistem berdasarkan tingkat preferensinya. Dalam sistem nilai
ini yang bersangkutan menempatkan nilai yang paling disukai pada tingkat yang
amat penting, menyusul kemudian nilai yang dirasakan agak penting, dan
seterusnya menurut urutan kepentingan.atau kesenangan dari diri yang
bersangkutan.
5)
Karakterisasi (characterization).
Karakterisasi yaitu kemampuan untuk menghayati atau mempribadikan sistem
nilai Kalau pada tahap pengorganisasian di atas sistem nilai sudah dapat
disusun, maka susunan itu belum konsisten di dalam diri yang bersangkutan.
Artinya mudah berubah-ubah sesuai situasi yang dihadapi. Pada tahap
karakterisasi, sistem itu selalu konsisten. Proses ini terdiri atas dua tahap,
yaitu :
a)
Generalisasi, yaitu kemampuan untuk melihat suatu
masalah dari suatu sudut pandang tertentu.
b)
Karakterisasi, yaitu mengembangkan pandangan hidup
tertentu yang memberi corak tersendiri pada kepribadian diri yang bersangkutan.
c.
Kawasan Psikomotor; yaitu kawasan yang berkaitan dengan
aspek-aspek keterampilan yang melibatkan fungsi
sistem syaraf dan otot (neuronmuscular system) dan fungsi psikis. Kawasan ini terdiri dari : (a) kesiapan (set); (b) peniruan (imitation); (c) membiasakan (habitual);
(d) menyesuaikan (adaptation) dan (e)
menciptakan (origination)
1) Kesiapan yaitu berhubungan dengan kesediaan
untuk melatih diri tentang keterampilan tertentu yang dinyatakan dengan usaha
untuk melaporkan kehadirannya, mempersiapkan alat, menyesuaikan diri dengan
situasi, menjawab pertanyaan.
2) Meniru adalah kemampuan untuk melakukan
sesuai dengan contoh yang diamatinya walaupun belum mengerti hakikat atau makna
dari keterampilan itu. Seperti anak yang baru belajar bahasa meniru kata-kata
orang tanpa mengerti artinya.
3) Membiasakan yaitu seseorang dapat melakukan
suatu keterampilan tanpa harus melihat contoh, sekalipun ia belum dapat
mengubah polanya.
4) Adaptasi yaitu seseorang sudah mampu
melakukan modifikasi untuk disesuaikan dengan kebutuhan atau situasi tempat
keterampilan itu dilaksanakan.
5) Menciptakan (origination) di mana seseorang
sudah mampu menciptakan sendiri suatu karya.
Sementara itu, Abin Syamsuddin Makmun( 2003) memerinci sub kawasan ini dengan tahapan yang berbeda,
yaitu :
1)
Gerakan refleks (reflex
movements). Basis semua perilaku bergerak atau respons terhadap stimulus tanpa sadar, misalnya
: melompat, menunduk, berjalan, dan sebagainya.
2) Gerakan dasar biasa (Basic fundamental movements)
yaitu gerakan yang muncul tanpa latihan tapi dapat diperhalus melalui praktik,
yang terpola dan dapat ditebak.
3) Gerakan Persepsi (Perceptual abilities) yaitu
gerakan sudah lebih meningkat karena dibantu
kemampuan perseptual.
4) Gerakan fisik (Physical
Abilities) yaitu gerakan yang menunjukkan daya tahan (endurance), kekuatan (strength),
kelenturan (flexibility) dan
kegesitan.
5) Gerakan terampil (skilled movements) yaitu dapat mengontrol berbagai tingkatan gerak secara terampil, tangkas, dan cekatan dalam
melakukan gerakan yang sulit dan rumit (kompleks).
Gerakan indah dan kreatif (Non-discursive communication) yaitu mengkomunikasikan perasan
melalui gerakan, baik dalam bentuk gerak estetik: gerakan-gerakan terampil yang
efisien dan indah maupun gerak kreatif: gerakan-gerakan pada tingkat tertinggi
untuk mengkomunikasikan peran.Sumber :
Ahmadi, Abu dan
Supriyono Widodo. 1990. Psikologi
Belajar (Jakarta:Rineka Cipta).
Abror, Rachman.1993. Psikologi Pendidikan (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar