Manusia merupakan makhluk pribadi dan sekaligus makhluk sosial. Jadi manusia adalah makhluk kompleks yang berada dalam kehidupan
yang kompleks pula. Kompleksitas kehidupan berpotensi menimbulkan stres,
dan menuntut seseorang untuk
mengatasinya.
Cara seseorang mengatasi stres dapat dikelompokkan menjadi
dua kategori.
Pertama, cara ini merupakan
cara yang spontan dan tidak disadari, di mana pengelolaan stres berpusat pada
emosi yang dirasakan. Dalam istilah psikologi diklasifikasikan sebagai defense
mechanism. Beberapa perilaku yang tergolong kedalam kelompok ini adalah:
1.
Acting out, yaitu menampilkan tindakan yang justru tidak mengatasi masalah.
Perilaku ini lebih sering terjadi pada orang yang kurang mampu
mengendalikan/menguasai diri, misalnya merusak barang-barang di sekitarnya.
2.
Denial, yaitu menolak mengakui keadaan yang sebenarnya. Hal ini bisa bermakna
positif, bisa pula bermakna negatif. Sebagai contoh, seseorang guru menyadari
bahwa dirinya memiliki kelemahan dalam berbahasa Inggris, namun ia terus
berupaya untuk mempelajarinya; bisa bermakna positif bila dengan usahanya
tersebut terjadi peningkatan kemampuan; bermakna negatif bila kemampuannya
tidak meningkat karena memang potensinya sangat terbatas, namun ia tetap
berusaha sampai mengabaikan pengembangan potensi lain yang ada dalam dirinya.
3.
Displacement, yaitu memindahkan/melampiaskan perasaan/emosi tertentu pada
pihak/objek lain yang benar-benar tidak ada hubungannya namun dianggap lebih
aman. Contohnya: Seorang guru merasa malu karena ditegur oleh Kepala Sekolah di
depan guru-guru lain, maka ia melampiaskan perasaan kesalnya dengan cara
memarahi murid-murid di kelas.
4.
Rasionalisasi, yaitu membuat alasan-alasan logis atas perilaku buruk. Contohnya:
Seorang Kepala Sekolah yang tidak menegur guru yang membolos selama 3 hari
mengatakan bahwa ia tidak menegur guru tersebut karena pada saat itu ia sedang
mengikuti pelatihan untuk kepala sekolah di ibukota provinsi.
Kedua, cara yang disadari, yang
disebut sebagai direct coping, yaitu seseorang secara sadar melakukan
upaya untuk mengatasi stres. Jadi pengelolaan stres dipusatkan pada masalah
yang menimbulkan stres. Ada dua strategi yang bisa dilakukan untuk mengatasi
stres, yaitu:
1.
Meningkatkan toleransi terhadap
stres, dengan cara meningkatkan keterampilan/kemampuan diri sendiri, baik
secara fisik maupun psikis, misalnya:
o
Secara psikis: menyadarkan diri
sendiri bahwa stres memang selalu ada dalam setiap aspek kehidupan dan dialami
oleh setiap orang, walaupun dalam bentuk dan intensitas yang berbeda.
o
Secara fisik: mengkonsumsi makanan
dan minuman yang cukup gizi, menonton acara-acara hiburan di televisi,
berolahraga secara teratur, melakukan tai chi, yoga, relaksasi otot, dan
sebagainya.
2.
Mengenal dan mengubah sumber
stres, yang dapat dilakukan dengan tiga macam pendekatan, yaitu:
o
Bersikap asertif, yaitu berusaha
mengetahui, menganalisis, dan mengubah sumber stres. Misalnya: bila ditegur
pimpinan, maka respon yang ditampilkan bukan marah, melainkan menganalisis
mengapa sampai ditegur.
o
Menarik diri/menghindar dari
sumber stres. Tindakan ini biasanya dilakukan bila sumber stres tidak dapat
diatasi dengan baik. Namun cara ini sebaiknya tidak dipilih karena akan
menghambat pengembangan diri. Kalaupun dipilih, lebih bersifat sementara,
sebagai masa penangguhan sebelum mengambil keputusan pemecahan masalah.
o
Kompromi, yang bisa dilakukan
dengan konformitas (mengikuti tuntutan sumber stres, pasrah) atau negosiasi
(sampai batas tertentu menurunkan intensitas sumber stres dan meningkatkan
toleransi terhadap stres)
Sumber :
__ 2008. Pengenalan
Diri. Jakarta. Direktorat Tenaga
Kependidikan, Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan. Departemen
Pendidikan Nasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar